Media Sosial (Social media) adalah media online yang sangat berhubungan dengan interaksi sosial. Media sosial menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif. Saat ini media sosial yang sering digunakan oleh generasi muda juga yang sering digunakan dalam kampanye politik ialah Tiktok, Instagram, X (sebelumnya media sosial Twitter) dan Facebook. Sedangkan pengertian trend adalah segala sesuatu yang terus menerus di bicarakan, diperhatikan, dikenakan atau dimanfaatkan oleh banyak masyarakat pada saat tertentu.
METODE PENULISAN
penelitian ini menggunakan jenis atau pendekatan penelitian Studi Kepustakaan (Library Research). Penelitian Kepustakaan (library research) adalah penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literature (kepustakaan) baik berupa buku, catatan maupun laporan hasil penelitian dari penelitian terdahulu. Menurut M. Nazir (2003), studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan studi pencarian terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Adapun pengertian Library Research menurut Syaibani(2012) adalah semua usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk Studi kepustakaan untuk menggabungkan informasi yang sesuai dengan topik atau masalah yang nantinya akan diteliti merupakan langkah yang paling utama dimana setelah seorang peneliti menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan teori dan topik penelitian. Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dll).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemakaian Trend Media Sosial Pada Kampanye 2024
Kampanye sudah dimulai saat pemberitahuan mengenai siapa saja yang dicalonkan menjadi capres dan cawapres untuk periode 2024-2029 yang pastinya kampanye tahun ini lebih kuat daripada kampanye 2019 karena tahun ini yang mencalonkan sebagai presiden RI ada tiga (3) orang yang dimana paslon pertama ada Anies Baswedan dengan Cak Imin, lalu paslon kedua ada Prabowo Subianto dengan Gibran dan paslon ketiga ada Ganjar Pranowo dan Mahfudz MD. Kampanye dari 3 (tiga) paslon tersebut sama-sama kencangnya, para paslon tersebut gencar mengincar media sosial sebagai ajang mempromosikan visi dan misi juga janji-janji yang akan dilaksanakan jika mereka terpilih seperti janji dari paslon nomor tiga yaitu mengupayakan legislasi untuk menciptakan lapangan kerja yang mudah diakses untuk kaum perempuan lalu ada juga janji dari paslon nomor dua yaitu memprioritaskan program penanganan banjir di tempat yang pemukimannya padat dan yang terakhir ada janji dari paslon nomor satu yaitu akan menaikkan honor/gaji TNI-POLRI tiap tahun dan juga memastikan dapat rumah dinas. Pada kampanye kali ini pun para paslon mencoba memakai segala trend-trend yang ada di media sosial tujuannya tentu menggaet perhatian masyarakat melalui media sosial tersebut tak terkecuali para generasi muda yang pastinya sangat aktif dalam bermedia sosial, kampanye nya sendiri dijalankan oleh akun-akun partai yang mendukung para masing-masing paslon cara menarik perhatian masyarakat di media sosial mereka agar dapat terlihat pun juga kreatif seperti membikin animasi mengenai figur para paslon beserta tulisan-tulisan yang mengajak masyarakat agar memilih paslon tersebut di tanggal 14 Februari nanti, lalu ada yang membuat trend “jedag-jedug” atau yang biasa dikenal dengan JJ trend ini amat sangat terkenal di kalangan generasi muda cara mengikuti trend ini pun amat sangat mudah dengan hanya memasukkan foto/video saja ke aplikasi yang menyediakan edit jedag-jedug tersebut biasanya di aplikasi tersebut sudah ada template nya jadi hanya di tempel-tempel saja dan berhasil nama lain dari trend ini adalah ‘this is jedag jedug’ dengan menggunakan trend tersebut membuat masyarakat terutama anak muda akan merasa bahwa paslon yang memakai ‘this is jedag jedug’ terlihat seperti mereka yang gemar juga menggunakan trend seperti itu, lalu juga ada paslon yang memakai akun tiktok pribadinya untuk live atau siaran langsung dengan tujuan yang sama juga yakni menarik perhatian masyarakat walau di dalam live paslon tersebut tidak membahas mengenai janji-janji yang dipaparkan seperti di pemberitaan namun cara tersebut juga mampu menarik perhatian masyarakat khususnya anak muda, untuk saat ini pemakaian trend-trend media sosial cukup ampuh dalam menaikkan atensi masyarakt terlihat perkembangannya di paslon satu yaitu Anies dengan Cak Imin dan Prabowo dengan Gibran.
Dampak Pemakaian Trend Media Sosial pada Kampanye 2024
Media sosial kini sangat mempengaruhi untuk pemilihan presiden nanti karena sekarang yang sering muncul dalam topik pembicaraan ialah pemilu menurut survey yang diselenggarakan di litbang Kompas mulai dari tanggal 29 November sampai tanggal 04 Desember 2023 terlihat bahwa tinggi sekali penggunaan media sosial oleh masyarakat dalam mengakses berita atau info-info yang terbaru seputar pemilu. Sebanyak 29,4 persen responden memberi pernyataan bahwa sering melihat konten pemilu di media sosial( Eka Sakti. R, 2023). Terkait komsumsi media sosial bagi masyarakat terhadap pemilu ini pun berbeda-beda ada yang lebih cenderung melihat konten-konten pemilu, ada juga yang lebib fokus melihat informasi pemilu beberapa kali dalam seminggu. Dampak pemakaian trend media sosial pada kampanye 2024 sebenarnya ada sisi positif dan negatifnya, sisi positif bagi yang masih menjadi tim golput atau biasanya disebut dengan orang yang memutuskan untuk tidak memilih paslon mana pun karena merasa bingung dengan melihat para paslon-paslon yang menyebarkan kampanye kita dapat melihat paslon mana yang cocok untuk mendapat suara kita namun di sisi negatifnya adalah banyak yang mengatakan pemilihan capres di tahun ini bukan dengan menggunakan akal namun mengandalkan perasaan emosional terutama anak muda yang cepat memberi opini jika melihat video atau foto-foto paslon yang akan dipilih terlihat sedih didukung judul video yang menggiring kontroversi hal tersebut sangat lah fatal karena jika hanya mengandalkan penglihatan yang hanya ada di media sosial saja lalu memilih hanya karena merasa kasihan pada paslon tersebut atau yang lainnya dapat membahayakan negara Indonesia nantinya karena tidak dapat melihat dari sisi netral.
KESIMPULAN
Kampanye sudah dimulai saat pemberitahuan mengenai siapa saja yang dicalonkan menjadi capres dan cawapres untuk periode 2024-2029 yang pastinya kampanye tahun ini lebih kuat daripada kampanye 2019 karena tahun ini yang mencalonkan sebagai presiden RI ada tiga (3) orang yang dimana paslon pertama ada Anies Baswedan dengan Cak Imin, lalu paslon kedua ada Prabowo Subianto dengan Gibran dan paslon ketiga ada Ganjar Pranowo dan Mahfudz MD. Kampanye dari 3 (tiga) paslon tersebut sama-sama kencangnya, para paslon tersebut gencar mengincar media sosial sebagai ajang mempromosikan visi dan misi juga janji-janji yang akan dilaksanakan jika mereka terpilih. Dampak pemakaian trend media sosial pada kampanye 2024 sebenarnya ada sisi positif dan negatifnya, sisi positif bagi yang masih menjadi tim golput atau biasanya disebut dengan orang yang memutuskan untuk tidak memilih paslon mana pun karena merasa bingung dengan melihat para paslon-paslon yang menyebarkan kampanye kita dapat melihat paslon mana yang cocok untuk mendapat suara kita namun di sisi negatifnya adalah banyak yang mengatakan pemilihan capres di tahun ini bukan dengan menggunakan akal namun mengandalkan perasaan emosi terutama anak muda yang cepat memberi opini jika melihat video atau foto-foto paslon yang akan dipilih terlihat sedih didukung judul video yang menggiring kontroversi hal tersebut sangat lah fatal.
SARAN