/3/
Cermin juga kerap menjadi media dalam menasihati seseorang atau sekelompok orang dalam peribahasa. Ada beberapa peribahasa yang memuat kata cermin dan bertumpu pada kata itu untuk menguatkan makna pepatah. Berikut contohnya.
1. Becermin di air keruh. Peribahasa ini bermakna "mencontohkan perbuatan yang kurang baik".
2. Buruk muka cermin dibelah. Artinya, "karena kebodohan atau kesalahan sendiri, orang lain yang sipersalahkan".
3. Daripada hidup becermin bangkai, lebih baik mati berkalang tanah. Maknanya, "lebih baik mati daripada hidup menanggung malu".
4. Datar bak lantai papan, licin bak dinding cermin. Peribahasa ini bermakna "keputusan yang sangat adil".
5. Jangan becermin di air keruh. Artinya, "jangan meniru perbuatan yang buruk atau tidak baik".
Dari peribahasa-peribahasa di atas kita dapat mengetahui bahwa cermin punya posisi yang unik dan strategis dalam tradisi luhur para leluhur kita. Tatkala menasihati orang lain, tidak main tunjuk buruk laku orang, tetapi mengambil cermin sebagai ibarat.
Namun, jangan katakan peribahasa "buruk muka cermin dibelah" kepada orang yang mengidap katoptrofobia. Kasihan. Nanti mereka makin dirajam rasa takut, sampai-sampai lutut mereka goyah dan tungkai mereka tak sanggup lagi menopang tubuh.
Jangan pula sombong diri dengan mengatakan tidak takut akan takhayul cermin. Coba saja bangun dinihari, kira-kira pukul dua malam, langsung berjalan ke cermin, dan lihat apa atau siapa yang ada di dalam cermin. Jangan sampai ada bayangan orang atau roh lain di belakang bayangan kamu.Â
Atau, jangan-jangan bukan bayangan kamu yang ada di dalam cermin. Oh!