Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cermin dan Legenda di Balik Katoptrofobia

5 Agustus 2024   12:09 Diperbarui: 5 Agustus 2024   12:31 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cermin adalah musuh bagi pengidap katoptrofobia (Gambar: iStock)

/1/

Ada orang yang fobia terhadap cermin. Begitu melihat cermin, kontan gemetar, detak jantung sontak cepat, napas pendek-pendek, pupil melebar, kecemasan menggerogoti pikiran, bayangan akan kematian seketika membentang, lalu keringat dingin mengucur, berteriak histeris dan serasa ingin segera menjauh sejauh-jauhnya dari cermin.

Jangan anggap sepele. Orang yang menderita fobia terhadap cermin bisa mati jikalau dipaksa melihat atau berhadap-hadapan dengan cermin. Jika temanmu mengidap fobia atas cermin, jangan coba-coba bercanda dengan mengurungnya di dalam kamar yang berdinding kaca. Kecuali kamu ingin temanmu itu kelojotan atau sekarat ketakutan.

Fobia terhadap cermin disebut katoptrofobia (catoptrophobia). Ada juga yang menamai fobia atas cermin dengan sebutan spektrofobia (spectrophobia) atau eisoptrofobia (eisoptrophobia).

Kata katoptrofobia (catoptrophobia) berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata catropto atau katoptron (cermin) dan phobos (ketakutan). Demikian pula dengan eisoptrofobia (eisoptrophobia) dari kata eis (ke) dan optikos (penglihatan). Adapun spektrofobia (spectrophobia) berasal dari kata Latin, yakni dari kata spektrum (hantu).

Kita sama-sama tahu, banyak orang yang terobsesi dengan citra diri. Khususnya, wanita. Nah, orang yang merasa dirinya tidak memenuhi standar kecantikan umum yang kerap dibincangkan khalayak, akan takut melihat bayangan dirinya di dalam cermin.

Mereka takut bernasib seperti dalam Putri Salju dan Tujuh Kurcaci. Mereka takut cermin akan memberi tahu mereka bahwa mereka sudah tidak cantik. Mereka takut melihat diri mereka yang gembrot, pipi mereka yang seperti bakpau busuk, jidat mereka yang penuh codet dan jerawat batu.

Begitukah seseorang yang mengidap katoptrofobia? Tunggu dulu. Orang yang condong menjauhi cermin karena kelebihan berat badan, misalnya, belum tentu menderita fobia terhadap cermin. Bisa jadi orang itu hanya keberatan jika berdekatan dengan cermin.

/2/

Dahulu kala, pada zaman purbakala, zaman ketika belum ada cermin, zaman ketika orang ingin melihat bayangan diri, orang-orang menggunakan permukaan air yang tenang untuk becermin. Bisa permukaan kolam, sungai, danau, tasik, atau telaga.

Pada zaman itu, orang-orang yang becermin di permukaan air meyakini bahwa "roh merekalah yang sedang menatap dari permukaan air ke arah mereka". Mereka percaya, roh bisa dipisahkan dari badan bahkan sebelum kematian datang.

Orang Afrika percaya bahwa pantulan wajah dan badan di permukaan air yang tenang berhubungan erat dengan kematian. Itu sebabnya mereka tidak mau melihat wajah mereka di permukaan air. Mereka takut, buaya atau roh jahat akan memangsa jiwa mereka hanya dengan meraup bayangan mereka di permukaan air.

Setelah benda bernama cermin muncul di tengah kehidupan manusia, keyakinan akan bayangan pada permukaan air yang tenang dan hubungannya dengan bencana atau kematian tidak serta-merta pupus. Justru cermin dikaitkan dengan permukaan air yang tenang itu.

Orang Indian melarang orangtua, terutama kaum ibu, untuk memperlihatkan cermin kepada bayi di bawah satu tahun. Itu sangat tabu. Berbahaya bagi bayi yang jiwanya belum berkembang, untuk becermin sebelum ulang tahun pertama. Kalau tidak, mereka akan menjadi gagap.

Selain itu, banyak juru tenung atau peramal pada kitaran abad ke-17 yang menggunakan cermin sebagai media untuk meramal. Ramalan cermin itu, lazim disebut katopromansi (catoptromancy), dilakukan dengan mencelupkan cermin logam ke dalam air dan mempelajari bayangan orang yang sakit untuk memutuskan apakah orang itu akan hidup, sekarat lama, atau segera mati.

Orang-orang juga memercayai bahwa banyak roh jahat yang terperangkap di dalam cermin. Ketika ada orang yang berdiri di hadapan cermin (tempat roh jahat terjebak), roh jahat akan muncul dan menghantui orang itu.

Menurut takhayul, cermin bisa menjebak jiwa orang yang sekarat. Maka, dijauhkanlah orang yang tengah koma dari cermin. Seorang wanita yang melahirkan dan terlalu cepat becermin akan melihat wajah-wajah hantu mengintip dari balik bayangannya.

Orang-orang Romawi menandai cermin pecah sebagai tanda nasib buruk selama tujuh tahun. Jika orang yang melihat bayangan dirinya di cermin pecah maka bayangannya akan pecah di cermin dan nasib buruk akan terus berlanjut selama tujuh tahun.

Mitos purba menyatakan bahwa cermin memiliki kekuatan magis, termasuk kekuatan untuk meramalkan masa depan. Cermin dianggap juga sebagai alat para Dewa. Dengan demikian, memecahkan cermin berarti menghilangkan kekuatannya, jiwa akan tersesat dari tubuh dan kemalangan akan menimpa orang yang pantulannya terakhir kali ada.

Jika orang yang memecahkan cermin itu terlalu malas atau sibuk, untuk menghindari kutukan maka biarkan saja pecahan cermin seperti semula selama tujuh jam, kemudian segera mengambilnya setelah tujuh jam berlalu.

Belum lagi kisah purba tentang Narcissus yang jatuh cinta dan merindukan bayangannya sendiri di genangan air; dongeng Ratu Putri Salju yang memiliki cermin ajaib dan Alice berjalan melalui kaca itu ke dunia lain; legenda urban tentang pemanggilan Bloody Mary dengan menyebut namanya tiga kali di cermin.

Dengan begitu, salah satu penyebab fobia cermin ialah kepercayaan akan kekuatan supranatural yang berada di balik cermin. Selain tidak suka akan citra diri di cermin, pengidap katoptrofobia menyakini bahwa ada roh jahat di dalam cermin yang sewaktu-waktu mengancam nyawa mereka jika mereka becermin.

/3/

Cermin juga kerap menjadi media dalam menasihati seseorang atau sekelompok orang dalam peribahasa. Ada beberapa peribahasa yang memuat kata cermin dan bertumpu pada kata itu untuk menguatkan makna pepatah. Berikut contohnya.

1. Becermin di air keruh. Peribahasa ini bermakna "mencontohkan perbuatan yang kurang baik".

2. Buruk muka cermin dibelah. Artinya, "karena kebodohan atau kesalahan sendiri, orang lain yang sipersalahkan".

3. Daripada hidup becermin bangkai, lebih baik mati berkalang tanah. Maknanya, "lebih baik mati daripada hidup menanggung malu".

4. Datar bak lantai papan, licin bak dinding cermin. Peribahasa ini bermakna "keputusan yang sangat adil".

5. Jangan becermin di air keruh. Artinya, "jangan meniru perbuatan yang buruk atau tidak baik".

Dari peribahasa-peribahasa di atas kita dapat mengetahui bahwa cermin punya posisi yang unik dan strategis dalam tradisi luhur para leluhur kita. Tatkala menasihati orang lain, tidak main tunjuk buruk laku orang, tetapi mengambil cermin sebagai ibarat.

Namun, jangan katakan peribahasa "buruk muka cermin dibelah" kepada orang yang mengidap katoptrofobia. Kasihan. Nanti mereka makin dirajam rasa takut, sampai-sampai lutut mereka goyah dan tungkai mereka tak sanggup lagi menopang tubuh.

Jangan pula sombong diri dengan mengatakan tidak takut akan takhayul cermin. Coba saja bangun dinihari, kira-kira pukul dua malam, langsung berjalan ke cermin, dan lihat apa atau siapa yang ada di dalam cermin. Jangan sampai ada bayangan orang atau roh lain di belakang bayangan kamu. 

Atau, jangan-jangan bukan bayangan kamu yang ada di dalam cermin. Oh!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun