Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menyoal Rasa Kecewa dan Perut Panjang Sejengkal

19 Juli 2024   13:59 Diperbarui: 19 Juli 2024   14:07 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

/1/

Ketika kita berdiri di "kaki perih", ketika kita tegak di "padang luka", ketika kita berjalan di "ladang duka", kita disergap rasa kecewa dan hati kita seakan-akan lebih memilih mati daripada bertahan hidup, lalu muncul rasa sakit dan tersakiti.

Kita berusaha tegar, meskipun ditegar-tegarkan. Kita berusaha sabar, benar-benar berusaha sabar, walaupun terkadang disabar-sabarkan. Kita merintih lemah dan bergumam, "Aku kuat, Tuhan, sekalipun dikuat-kuatkan."

Seperti itulah suasana hati kita tatkala kita dirundung rasa kecewa. Kekecewaan itu mengguncang dada. Tungkai dan lutut kita lemas, jantung berdebar tak beraturan, keringat dingin mengucur di dahi dan tengkuk. Jika sudah begitu, makan apa pun berasa hambar. Duduk tidak nyaman, tidur tidak lelap.

Kita merasa kecewa berat karena maksud hati tidak kesampaian. Hendak meraup laba, malah merugi habis-habisan. Hendak menggapai langit, malah terpuruk ke dalam lubang. Begitulah, kecewa hati karena maksud tidak kesampaian.

Rasa kecewa agak mirip dengan penyesalan. Datangnya selalu belakangan. Tidak pernah duluan. Sasaran perasaan pun begitu. Jika kita merasakan kekecewaan atau penyesalan, orang lain yang kita sangka menyebabkan kekecewaan. Perasaan kita tidak memastikan apa mestinya kita ubah, malahan menunjukkan apa yang harus orang lain ubah.

Padahal kita semua tahu, orang lain tidak punya kewajiban untuk melakukan sesuatu sesuai dengan yang kita inginkan. Orang lain punya keinginan sendiri, punya maksud sendiri, punya cara sendiri-sendiri.

Satu contoh, rasa cinta. Kita paham, cinta adalah perasaan yang indah. Sayang sekali, perjalanan cinta sering tidak berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Apalagi kalau cinta kita bertepuk sebelah tangan. Kecewa sekali. Pasti sulit kita terima, tetapi begitulah kenyataan yang mesti kita hadapi.

Kita bisa saja menimpakan kesalahan kepada orang yang menolak cinta kita, tetapi hal itu tidak akan membuat dia berbalik mencintai kita. Kadang kita begitu peduli kepadanya, sedangkan dia sama sekali tidak memedulikan kehadiran kita. Itu bukan salah dia. Sebab, kita tidak bisa mengatur-atur siapa saja yang mau, boleh, atau harus dia pedulikan.

Kita gagal diterima di perusahaan ternama, lantas menyalahkan pihak penguji yang kita tuding sengaja menggagalkan impian kita. Perasaan mengkhianati diri kita. Alih-alih menunjukkan apa yang sebaiknya kita perbaiki, kita malah berharap apa yang orang lain mesti ubah agar kita lolos tes.

Namanya juga perasaan negatif. Begitu kecewa, awalnya akan mencari kambing hitam dulu.

/2/

Tersebutlah sebuah pepatah. Perut panjang sejengkal. Artinya, merasa kecewa atau tidak senang karena maksud hati tidak kesampaian.

Pada peribahasa di atas, perut berarti 'bagian tubuh di bawah rongga dada'. Adapun panjang berarti 'jarak dari ujung ke ujung', sedangkan sejengkal bermakna 'satu jengkal'.

Apa jadinya jikalau perut yang semula panjangnya dua jengkal tiba-tiba menjadi sejengkal? Mengerut, jadi makin kempis. Kata perut diibaratkan orang yang merasakan, sedangkan panjang sejengkal bak kekecewaan atau ketidaksenangan.

Peribahasa di atas ditujukan kepada orang yang merasa kecewa atau tidak senang. Bisa juga, merasakan sekaligus dua-duanya. Seperti pasangan yang katanya saling mencintai, tetapi yang dirasakan sakit melulu. Seperti punya teman yang katanya saling peduli, tetapi diam-diam saling menggunting dalam lipatan.

Boleh jadi seperti dicintai oleh orang yang toksik atau seperti berteman dengan orang yang toksik. Wah, itu sangat menyebalkan.

Seperti apakah orang yang toksik itu? Orang yang toksik adalah seseorang yang memiliki perilaku, sikap, atau energi negatif yang dapat merugikan orang lain di sekitarnya.

Orang yang toksik adalah orang yang cenderung menciptakan lingkungan yang tidak sehat, penuh konflik, dan menguras energi emosional. Orang-orang yang ada di sekitar si orang toksik akan merasa terkuras energinya.

Orang yang toksik cenderung egois. Isi otaknya hanya memikirkan kepentingan diri sendiri. Andaikan merugikan orang lain, tidak apa-apa asal menguntungkan bagi dirinya. Dalam hubungan asmara atau pertemanan, orang yang toksik cenderung mendominasi hubungan, merasa paling benar, dan mau terus dibahagiakan.

/3/

Kelakuan orang yang toksik jelas dapat merusak keseimbangan emosional dan kesejahteraan pasangan atau temannya, termasuk orang-orang di sekitar pasangan atau temannya itu.

Maka, alangkah mengenaskan jikalau mencintai atau bersahabat dengan orang yang toksik. Kenapa mengenaskan? Ini udarannya.

  1. Dia yang meremehkan kehadiranmu. Orang toksik niscaya merendahkan pendapat, mimpi, atau pencapaianmu. Jangankan mendapat dukungan, diacungi jempol atas jerih payahmu saja tidak pernah. Orang toksik ingin terus didukung, tapi enggan mendukung pasangan atau temannya.
  2. Dia yang selalu mendominasi. Hubungan berjalan timpang. Kendali satu arah. Hal itu terjadi karena orang yang toksik selalu ingin menang sendiri. Mau diskusi serius mau debat ringan, harus dia yang menang. Boro-boro mendengarkan perspektif kamu, menanyakan "bagaimana perasaanmu" pun tidak pernah. Relasi kuasa timpang.
  3. Dia yang posesif. Orang yang toksik selalu ingin mengetahui ke mana saja kakimu melangkah, mengendalikan hidupmu, menentukan apa yang boleh dan tidak boleh kamu pilih, dan membatasi interaksi kamu dengan orang lain. Hubungan yang tidak sehat. Kamu terkekang, kehilangan kebebasan, hak asasi yang kaudapatkan semenjak lahir.
  4. Dia yang memperlakukan kamu dengan kasar. Orang yang toksik tidak akan menghargai upaya, kontribusi, atau prestasi pasangan atau temannya. Kamu ada sebatas untuk memperhatikan upaya, kontribusi, dan prestasinya. Tiada waktu untuk membahas apa yang mau kauraih atau apa yang sudah kaucapai. Dia menuntut agar selalu dihargai, tetapi tidak mau menghargai.
  5. Dia yang hanya ingin memanfaatkan kebaikanmu. Orang toksik hanya memanfaatkan kebaikan dan kemurahan hatimu. Jika butuh sesuatu dan ia tahu kamu mempunyai apa yang dia butuhkan, dia akan meminta bantuan kepadamu. Giliran kamu yang meminta bantuannya, dia punya bejibun dalih untuk menghindar darimu.

Jika bertemu atau berteman dengan orang seperti itu, kamu boleh dan berhak kecewa. Kamu bisa melampiaskan kekecewaan itu. Tidak ada larangan. Lakukan saja. Jika dengan berteriak rasa kecewamu bisa hilang, berteriaklah sekencang-kencangnya. Jauh lebih baik melampiaskan atau meluapkan kekecewaan daripada menahan dan menimbunnya di dalam hati.

Jika terus memendam kecewa, lama-lama kamu akan makan hati.

Ketika kamu menghadapi rasa kecewa, biarkan hatimu merasakannya. Biarkan. Tidak usah menyalahkan dirimu, menganggap dirimu sebagai biang kekecewaan, dan hanyut dalam kekecewaan yang berlarut-larut.

Kamu tidak perlu menghakimi dirimu dengan mengatakan "ah, lemah!".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun