Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menyoal Rasa Kecewa dan Perut Panjang Sejengkal

19 Juli 2024   13:59 Diperbarui: 19 Juli 2024   14:07 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

/2/

Tersebutlah sebuah pepatah. Perut panjang sejengkal. Artinya, merasa kecewa atau tidak senang karena maksud hati tidak kesampaian.

Pada peribahasa di atas, perut berarti 'bagian tubuh di bawah rongga dada'. Adapun panjang berarti 'jarak dari ujung ke ujung', sedangkan sejengkal bermakna 'satu jengkal'.

Apa jadinya jikalau perut yang semula panjangnya dua jengkal tiba-tiba menjadi sejengkal? Mengerut, jadi makin kempis. Kata perut diibaratkan orang yang merasakan, sedangkan panjang sejengkal bak kekecewaan atau ketidaksenangan.

Peribahasa di atas ditujukan kepada orang yang merasa kecewa atau tidak senang. Bisa juga, merasakan sekaligus dua-duanya. Seperti pasangan yang katanya saling mencintai, tetapi yang dirasakan sakit melulu. Seperti punya teman yang katanya saling peduli, tetapi diam-diam saling menggunting dalam lipatan.

Boleh jadi seperti dicintai oleh orang yang toksik atau seperti berteman dengan orang yang toksik. Wah, itu sangat menyebalkan.

Seperti apakah orang yang toksik itu? Orang yang toksik adalah seseorang yang memiliki perilaku, sikap, atau energi negatif yang dapat merugikan orang lain di sekitarnya.

Orang yang toksik adalah orang yang cenderung menciptakan lingkungan yang tidak sehat, penuh konflik, dan menguras energi emosional. Orang-orang yang ada di sekitar si orang toksik akan merasa terkuras energinya.

Orang yang toksik cenderung egois. Isi otaknya hanya memikirkan kepentingan diri sendiri. Andaikan merugikan orang lain, tidak apa-apa asal menguntungkan bagi dirinya. Dalam hubungan asmara atau pertemanan, orang yang toksik cenderung mendominasi hubungan, merasa paling benar, dan mau terus dibahagiakan.

/3/

Kelakuan orang yang toksik jelas dapat merusak keseimbangan emosional dan kesejahteraan pasangan atau temannya, termasuk orang-orang di sekitar pasangan atau temannya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun