Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Mengintip Hati Intelijen: Resensi Buku 'Menyingkap Selubung Intelijen'

18 Juli 2024   15:04 Diperbarui: 18 Juli 2024   18:08 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memasuki dunia spionase atau mata-mata (Gambar: Yudi Irawan)

Begitu membuka halaman pertama buku Menyingkap Selubung Intelijen, saya sontak tersentak. Saya membayangkan penulis, Ridlwan Habib, mengajak saya ke dalam kelas di sebuah sekolah dasar. Di sana saya diminta mengajukan pertanyaan tentang cita-cita para siswa.

Jadi dokter. Jadi polisi. Jadi tentara. Jadi astronot. Bahkan, ada yang menjawab mau menjadi presiden. Namun, tidak seorang pun siswa yang bercita-cita ingin menjadi seorang intel.

Mengapa bisa begitu? 

Karena profesi intelijen memang bukan profesi yang mudah diketahui. Berbeda dengan guru, dokter, tentara, pengacara, atau polisi. Kalaupun ada informasi soal profesi intelijen, bayangan kita rata-rata tukang bakso dengan radio panggil terselip di saku jaketnya.

Imajinasi saya kembali bergerak liar. Kali ini, saya membayangkan intel yang super canggih seperti dalam film-film aksi. Sontak membayangkan James Bond, Nathan Hale, Ethan Hunt, atau Jason Bourne. Begitulah sosok intelijen yang tersemat di benak saya.

Apakah benar intel seperti yang tergambar dalam film-film?

Ternyata tidak seluruhnya benar, meskipun tidak semuanya keliru. Ridlwan dengan pelan menuntun saya memasuki "ruang rahasia" intelijen. Bukan sekadar apa yang mesti dilakukan oleh seorang intel, melainkan sekaligus bagaimana seorang intel bekerja. Malahan hingga apa yang akan terjadi andaikata seorang intel yang tengah bertugas kontraintelijen tertangkap oleh lawan.

Tepatlah mengapa buku ini dijuduli "menyingkap selubung intelijen".

Memasuki dunia spionase atau mata-mata (Gambar: Yudi Irawan)
Memasuki dunia spionase atau mata-mata (Gambar: Yudi Irawan)

Dengan bahasa yang ringan dan renyah baca, tata kata yang sederhana dan mudah dicerna, serta runtun kalimat yang apik dan berirama kala dibaca, Rildwan seperti seorang pembicara publik andal yang tengah bercerita tentang seluk-beluk intel.

Meskipun ada banyak paparan teoretis, tetapi penyajian kontennya benar-benar asyik dibaca. Hal-hal berat seperti apa yang menjadi tanggung jawab analis intel, bagaimana siklus intelijen, dan kepada siapa intelijen bertanggung jawab dibabar dengan terang benderang.

Pada Bagian Satu: Seluk-Beluk Intelijen, penulis mendaras soal (1) apa itu intelijen; (2) menyelami lubuk intelijen; (3) mengapa negara butuh intelijen; (4) melihat sejarah intelijen di dunia; (5) mengudar sejarah intelijen di Indonesia; (6) mengulik ragam intelijen; dan (7) melihat intelijen bekerja.

Penulis dengan tedas mengudar tentang Sisik Melik Intelijen pada bagian dua, yang terdiri atas (1) mengulik jenis-jenis agen; (2) karakteristik profesi intelijen; (3) personalits insan intelijen; (4) stabilitas emosi agen intelijen; (5) analis intelijen, melihat apa yang tidak terlihat; (6) tiga bekal analis bekerja; dan (7) berkenalan dengan intelijen bisnis.

Nah, salah satu bagian yang baru saya ketahui sampai-sampai membuat mata saya membeliak adalah soal intelijen bisnis. Ternyata dunia bisnis pun menggunakan jasa intel. Para intelijen bisnis bekerja memata-matai musuh bisnis, mencari produk apa yang tengah pesaing produksi, mengulik bagaimana kompetitor memproduksi sesuatu, dan menganalisis daya saing satu entitas bisnis dalam satu lini bisnis.

Rahasia lain yang baru saya ketahui adalah tidak semua intel itu tentara atau polisi. Ada intel yang memang sebatas aparatur sipil biasa. Bahkan, sekarang ada sekolah tinggi yang spesifik mendidik calon intel.

Apakah hanya dua bagian di atas yang ada dalam buku Menyingkap Selubung Intelijen? Tidak. Masih ada satu bagian. Khusus bagian tiga, hal-hal "di luar nurul" tentang intel dibahas oleh penulis dengan nikmat.

Berapa gaji intel, apakah istri seorang intel tahu profesi suaminya, bagaimana seseorang direkrut menjadi intel, dan macam-macam. Terkait dengan gaji, jelaslah upah seorang intel cukup untuk menafkahi sebuah keluarga. Jadi, para peminat intel tidak perlu takut keluarganya nantimati kelaparan karena kurang gaji dan gajih.

Kelebihan lain dari buku ini adalah penuturan yang kadang dikaitkan dengan film atau buku tertentu. Menyibak cara kerja intel, misalnya, dibabar dengan mereviu sebuah film. Adegan dalam film yang penuh dengan aksi intelijen disingkap amat jernih.

Maka, bacalah buku ini sebelum ajal datang menjemput. Sebab, tidak saban waktu kita mengetahui dunia yang sama sekali tidak pernah kita sentuh. Lalu, ketika saya berimajinasi memasuki sebuah ruang kelas sekolah menengah, mendadak saya kaget karena ada yang berteriak lantang, "Saya ingin menjadi intel!"

Senjata intelijen bukanlah pisau atau pistol, melainkan kecerdasan otaknya (Gambar: Yudi Irawan) 
Senjata intelijen bukanlah pisau atau pistol, melainkan kecerdasan otaknya (Gambar: Yudi Irawan) 

Selamat memasuki dunia intelijen, Kawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun