Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Argentina, Sepak Bola, dan Rasisme Tanpa Ujung

17 Juli 2024   22:38 Diperbarui: 18 Juli 2024   11:45 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lionel Messi, Kapten Timnas Argentina mengangkat piala setelah timnya menjuarai Copa Amerika 2024 (AFP/JUAN MABROMATA via KOMPAS.com)

10 Juli 1916. Tiba-tiba saja Argentina kehilangan seorang pemain dan tidak dapat segera menemukan pemain pengganti. Ofisial memanggil Laguna dari tribun. Ia pun masuk ke lapangan hijau sebagai pemain kesebelas. Ia mencetak satu-satunya gol dalam laga itu dan menjadi penentu kemenangan Argentina.

Laguna lahir di Paraguay. Orangtuanya keturunan Afro-Argentina. Pada awal 1920, ia kemudian pindah ke Paraguay untuk melatih timnas Paraguay.

Antonio Palacio Zino menulis profil di Crtica (14 Oktober 1920, hlm. 8). Palacio menyebut Laguna sebagai "generasi porteno (kota pelabuhan) kulit hitam mulia yang menghilang karena hukum seleksi alam yang mengubah dan memodifikasi segala sesuatu. Ia benteng terakhir dari ras mulia dan eksotik yang dipindahkan [ke Argentina] oleh para pedagang dan petualang".

Bagaimana dengan Alejandro de los Santos? Ia merupakan bagian dari timnas Argentina yang menjuarai Campeonato Sudamericano 1925, kendatipun ia hanya bermain dalam satu di antara empat laga Argentina.

Pemain El Porvenir dan Huracn, Buenos Aires, itu sering terpilih untuk bermain di tim semua-bintang. Pada 1922 ia terpilih melawan tim tamu Austro-Hungaria. Bintang muda Gimnasia de la Plata, Francisco Varallo, memuji de los Santos sebagai salah satu penyerang terbaik di Argentina (La Cancha, 5 Oktober 1929, hlm. 12).

Pada 1928, seorang penulis membabar kiprah de los Santos di El Grfico. Katanya, "Entah di Argentina hampir tidak ada orang kulit hitam. Satu-satunya orang kulit hitam yang benar-benar berkulit hitam dan cukup unggul dalam sepak bola adalah de los Santos, penyerang El Porvenir." (El Grafico, 24 November 1928, hlm. 10).

Namun, bukan hanya penduduk Argentina berkulit hitam yang jarang mendapat tempat di timnas. Sejarah membuktikan bahwa pemain non-kulit putih memang sulit mendapat tempat di timnas.

Meskipun Argentina telah menghapuskan kategori-kategori rasial supaya terlihat sebagai negara kulit putih yang modern, publik Argentina punya sebutan khusus bagi warga yang berkulit cokelat.

Mereka menyebut warga berkulit cokelat dengan sapaan morocho. Istilah itu terus digunakan di Argentina hingga sekarang dengan merujuk pada orang-orang dengan kulit yang "berwarna coklat", sekaligus untuk membedakan mereka dengan orang non-kulit putih yang lain.

Morocho paling terkenal di Argentina, menurut Erika Denish Edward (The Washington Post, 8 Desember 2022, daring), adalah legenda sepakbola Diego Armando Maradona.

Ia adalah dewa sepakbola yang dipuja seluruh lapisan masyarakat Argentina. Ketika sang legenda mangkat, pemerintah Argentina menyatakan tiga hari sebagai masa  berkabung secara nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun