"Siapa pun yang kita cintai," tutur Bengal tanpa permisi, "tidak selayaknya menjadi pihak yang menerima sisa-sisa waktu kita. Mereka berhak mendapatkan keuntungan dengan cara kita sengaja meluangkan waktu untuk bersama mereka melewati hari, baik hari yang menyenangkan maupun hari yang menyakitkan."
"Maksudmu?"
"Dalam kehidupan kita," kata Bengal dengan nada pelan, "siapa pun yang kita cintai berhak mendapatkan yang lebih baik. Kalau kita tidak mahir meluangkan waktu, siapa pun yang kita cintai itu hanya akan mendapatkan sisa-sisa waktu. Itu maksud pernyataanku, Girang!"
"Bukan begitu, Bengal!"
"Lantas?"
"Mengapa kamu tiba-tiba mengulas perkara waktu dan siapa pun yang kita cintai?"
Bengal mengerutkan kening. "Tidak boleh?"
"Bukan begitu," sergah Girang, "rasa-rasanya saya kausindir!"
"Baguslah kalau kamu masih peka!"
"Sentimen!"
"Aku serius," sahut Bengal. "Semenjak kamu masuk ke Gedung Kelabu, kamu bertambah makmur. Kamu kelebihan uang, tetapi kehabisan waktu."