Apakah hanya pejabat eksekutif yang memilih korupsi sebagai pekerjaan sampingan? Tidak juga. Kalangan legislatif jelas tidak mau kalah. Sebagai bagian dari tiga pilar demokrasi, anggota DPR, DPD, dan MPR juga ada yang korupsi. Sebagian dilakukan perseorangan, sisanya berjemaah.
Setya Novanto. Itu contoh kedua yang saya sodorkan. Tolong ralat jikalau saya keliru. Pekerjaan utama Setyo sebelum diberhentikan secara tidak hormat adalah Ketua DPR RI. Jabatan yang amat mentereng. Setara dengan Presiden RI. Ia ketahuan mencomot uang negara.
Bagaimana dengan kalangan yudikatif? Tenang, Kawan. Percayalah, "kuli meja hijau" rentan melakukan korupsi. Banyak hakim, jaksa, dan panitera yang terciduk mengantongi uang dengan cara yang tidak sah. Karena "disuapi", misalnya.
Kayat. Itu nama ketiga yang saya ajukan. Tolong perbaiki andai saya keliru. Ia seorang hakim. Ia bertugas di Pengadilan Negeri Balikpapan. Lantaran tergiur syahwat materiel sesaat, ia terciduk. Tidak tanggung-tanggung. Operasi Tangkap Tangan.
Apakah hanya petinggi negara atau pejabat publik yang bisa mengorupsi uang negara? Tidak juga. Staf kantor desa yang meminta pungutan secara liar juga terbilang korup. Guru yang telat datang mengajar juga terhitung korup. Takarannya saja yang berbeda.
Tunggu dulu. Ada kepala sekolah yang menyelewengkan dana BOS. Pegawai level rendah punya peluang juga untuk korup. Ikut pelatihan, jumlah hari disunat. Aturan lima hari, ternyata cuma tiga hari. Giliran bagi-bagi honor, ngeyel minta jatah lima hari.
Ada yang lebih parah. Pernah terjadi peristiwa, yakni guru dan dosen yang meminta sertifikat, padahal tidak menghadiri pelatihan. Belum lagi rektor yang mengemplang karya ilmiah orang lain dan ia akui sebagai karyanya.
Itu semua korupsi. Pekerjaan utama mereka macam-macam, pekerjaan sampingannya korupsi.
***
UNTUNG SAYA PENGUSAHA. Oh, jauhkan rasa syukur keblinger macam itu kalau Anda juga pernah menyuap pejabat demi kemudahan tertentu. Tidak sedikit pengusaha yang menyuap orang lain. Padahal, di rumah belum tentu mereka mau dan pernah menyuapi anak-anak mereka.
Sjamsul Nursalim. Itu nama keempat yang saya kemukakan. Tolong ingatkan jikalau saya keliru. Sjamsul ini rampok kelas keju. Empat triliun rupiah. Ada koma dan angka di belakang koma. Ia kabur setelah "mengamankan uang hasil pajak rakyat".