Mari kita simak lanjutannya.
Akibatnya, air seni yang seharusnya mengalir dengan lancar keluar sebagian besar tertahan di dalam ginjal. Rupa dan fungsi sambungan antara ginjal dan ureter tumbuh secara tidak normal. Air seni tidak keluar dari ginjal dengan semestinya. Pelviureteric Junction Obstruction. Begitu sebutan ilmiah kelainan itu. Dalam dunia kedokteran kerap disingkat menjadi PUJO.
Saya tidak harus menjadi nefrolog, dokter spesialis ginjal, untuk mengurai kelainan ginjal. Sama seperti saya tidak harus membunuh orang hanya untuk mendeskripsikan keadaan dalam penjara. Saya hanya perlu membaca, memahami, dan menelaah data.
Bekal saya sederhana, Thi-Khi-i-Beng. Menyedot data sebanyak-banyaknya, kemudian mengurai data itu dalam kata-kata yang sederhana. Syahdan, Asmaraman S. Kho Ping Hoo juga tetap di rumahnya, tetapi beliau dapat menggambarkan Tiongkok dengan sempurna. Bekal beliau cuma History of China dan peta Tiongkok.
Kuncinya, perkaya kosakata. Jika harta kata kita banyak, kalimat sederhana akan mengalir sendiri.
Jurus Dewa Topan Menggusur Gunung
Inilah jurus kedua yang kerap saya praktikkan ketika mengolah data. Jurus ini merupakan andalan si Tua Gila,. Jurus itu ia wariskan kepada Wiro Sableng, murid sahabatnya--Eyang Sinto Gendeng. Jurus itu tertera dalam serial Wiro Sableng anggitan Bastian Tito.
Data saya tamsilkan sebagai gunung. Narasi saya ibaratkan kepalan berkekuatan dahsyat. Dalam sekali tinju, gunung tergusur. Dalam sekali mengetik, data tersebar ke dalam cerita. Begitulah pola yang sering saya gunakan. Data sebesar gunung saya kikis pelan-pelan.
Begini contohnya.
“… Kamu primadona panggung di festival ini. Penampilanmu memukau, ekspresimu menakjubkan. Wajahmu seperti bersaput pesona cenning rara,” ujar Pak Ramli sambil tersenyum ramah.
Data tentang cenning rara, mantra purba dari tanah Bugis, tidak langsung saya buka dengan uraian yang kaku. Saya tidak menggunakan “cenning rara adalah” atau pengantar datar lainnya. Saya membuka uraian data dengan kalimat “wajahmu seperti bersaput cenning rara”.
Perkara cenning rara saya babar dalam buku ke-40 saya, novel Lakuna, sebagai gagasan utama atau fondasi cerita. Saya mesti menyampaikan kearifan lokal Bugis itu dengan baik agar dapat dicerna oleh khalayak pembaca dari segala suku.
Agar data bernyawa, saya imbuhkan konflik.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!