Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Jurus Meramu Data dalam Novel agar Bernyawa

23 Maret 2021   05:00 Diperbarui: 23 Maret 2021   15:42 1510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunakan kalimat yang santai agar data tidak kaku (Ilustrasi: elnacain.com)

Mari kita simak lanjutannya.

Akibatnya, air seni yang seharusnya mengalir dengan lancar keluar sebagian besar tertahan di dalam ginjal. Rupa dan fungsi sambungan antara ginjal dan ureter tumbuh secara tidak normal. Air seni tidak keluar dari ginjal dengan semestinya. Pelviureteric Junction Obstruction. Begitu sebutan ilmiah kelainan itu. Dalam dunia kedokteran kerap disingkat menjadi PUJO.

Saya tidak harus menjadi nefrolog, dokter spesialis ginjal, untuk mengurai kelainan ginjal. Sama seperti saya tidak harus membunuh orang hanya untuk mendeskripsikan keadaan dalam penjara. Saya hanya perlu membaca, memahami, dan menelaah data.

Bekal saya sederhana, Thi-Khi-i-Beng. Menyedot data sebanyak-banyaknya, kemudian mengurai data itu dalam kata-kata yang sederhana. Syahdan, Asmaraman S. Kho Ping Hoo juga tetap di rumahnya, tetapi beliau dapat menggambarkan Tiongkok dengan sempurna. Bekal beliau cuma History of China dan peta Tiongkok.

Kuncinya, perkaya kosakata. Jika harta kata kita banyak, kalimat sederhana akan mengalir sendiri.

Biarkan data bernyawa (Ilustrasi: elnacain.com)
Biarkan data bernyawa (Ilustrasi: elnacain.com)

Jurus Dewa Topan Menggusur Gunung

Inilah jurus kedua yang kerap saya praktikkan ketika mengolah data. Jurus ini merupakan andalan si Tua Gila,. Jurus itu ia wariskan kepada Wiro Sableng, murid sahabatnya--Eyang Sinto Gendeng. Jurus itu tertera dalam serial Wiro Sableng anggitan Bastian Tito.

Data saya tamsilkan sebagai gunung. Narasi saya ibaratkan kepalan berkekuatan dahsyat. Dalam sekali tinju, gunung tergusur. Dalam sekali mengetik, data tersebar ke dalam cerita. Begitulah pola yang sering saya gunakan. Data sebesar gunung saya kikis pelan-pelan.

Begini contohnya.

“… Kamu primadona panggung di festival ini. Penampilanmu memukau, ekspresimu menakjubkan. Wajahmu seperti bersaput pesona cenning rara,” ujar Pak Ramli sambil tersenyum ramah.

Data tentang cenning rara, mantra purba dari tanah Bugis, tidak langsung saya buka dengan uraian yang kaku. Saya tidak menggunakan “cenning rara adalah” atau pengantar datar lainnya. Saya membuka uraian data dengan kalimat “wajahmu seperti bersaput cenning rara”.

Perkara cenning rara saya babar dalam buku ke-40 saya, novel Lakuna, sebagai gagasan utama atau fondasi cerita. Saya mesti menyampaikan kearifan lokal Bugis itu dengan baik agar dapat dicerna oleh khalayak pembaca dari segala suku.

Agar data bernyawa, saya imbuhkan konflik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun