Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pulang Kampung Bangun Literasi

16 Maret 2021   16:47 Diperbarui: 16 Maret 2021   17:01 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mari bekerja untuk membangun rasa cinta buku (Foto: Dokpri)

Di sisi sukarelawan, mentor kegiatan kelas menulis, matematika, dan berbahasa sebagai bagian dari kecerdasan literasi, tumbuh dan berkembang perlahan-lahan. Sekalipun perlahan, hal tersebut merupakan tolok ukur positif bagi Pustaka Ballak Kana untuk terus bergerak.

Gesek biolamu, Kawan (Foto: Dokpri)
Gesek biolamu, Kawan (Foto: Dokpri)
Hari ini, sekalipun bergerak dari jauh, saya melihat geliat anak-anak muda yang terus bertumbuh. Sekarang mereka tidak hanya menggalang minat baca. Suling yang kerap saya tiup semasa remaja kini sudah mahir digunakan oleh Wahyu. Malah melewati rekor saya, dua jam meniup suling tanpa ketahuan menarik napas.

Menarilah, teruslah menari (Foto: Dokpri)
Menarilah, teruslah menari (Foto: Dokpri)
Anak-anak perempuan juga sudah bisa menari. Tari Pakarena sudah jadi mainan. Beberapa kali mereka diundang untuk acara-acara di Pemda Kabupaten Jeneponto. Belum lagi kalau ada order mengisi hajatan pernikahan atau khitanan. Pendek kata, dapat honor.

Anak-anak lelaki juga mahir berkesenian. Lucky, Wiwin, dan Rifky kian piawai menabuh gendang. Tunrung Pakanjarak dan tunrung rincik, nama tabuhan gendang Makassar, sudah mereka kuasai. Mereka menjadi lelaki panggilan: mengisi acara yang membutuhkan pemain gendang.

Mereka bermain api, memainkan tari pepek-pepeka (Foto: Dokpri)
Mereka bermain api, memainkan tari pepek-pepeka (Foto: Dokpri)

Kreativitas tanpa batas

Selain itu, anak-anak muda dalam lingkaran Pustaka Ballak Kana juga aktif berjejaring. Mereka rutin berkomunikasi dengan sesama pengelola Taman Bacaan Masyarakat, bahkan lintas ormas kepemudaan. Satu misi yang tengah kami galang: menghijaukan Turatea.

Mulai dari mana? Dari tiap-tiap rumah anggota. Dari situ dulu. Teman-teman juga mulai belajar memanfaatkan barang-barang bekas. Ban mobil misalnya, disulap menjadi pot bunga. Hasilnya dijual. Lumayan untuk mengisi dompet dan menambah kas PBK untuk membeli buku.

Keativitas tanpa batas (Foto: Dokpri)
Keativitas tanpa batas (Foto: Dokpri)
Meski begitu, upaya mengumpulkan buku dari donatur terus digalakkan. Salah seorang teman di Kompasiana, Tonny Syiariel, sudah siap mendonasikan beberapa buku. Sayang sekali, korona tiba memeluk tubuh saya. Hajat bersua akhirnya tertunda.

Lewat kata, Tuhan mempertemukan kita (Foto: Dokpri)
Lewat kata, Tuhan mempertemukan kita (Foto: Dokpri)
Moga-moga PBK terus bertumbuh. Moga-moga sukarelawan terus bertambah. Seperti semboyan yang disepakati sejak PBK berdiri: lewat buku, Tuhan mempertemukan kita. [kp]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun