Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Curah Rahasia Menulis Biografi: Catatan Proses Buku ke-39

17 Februari 2021   20:33 Diperbarui: 17 Februari 2021   20:36 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gugus gagasan memoar (Sumber: Dokpri)

Alur penulisan biografi ala Khrisna (Sumber: Dokpri)
Alur penulisan biografi ala Khrisna (Sumber: Dokpri)
Kedua, memastikan batas fokus. Hal ini penting dalam rangka membatasi apa saja yang mesti disajikan di dalam buku. Cakupannya meliputi fokus ide, kreasi, edukasi, dan refleksi. Gambaran ini pula yang menguatkan kesepahaman antara penulis dan pemesan memoar. Silakan lihat infografis di bawah ini.

Batas fokus penulisan (Sumber: Dokpri)
Batas fokus penulisan (Sumber: Dokpri)
Ketiga, menata gugus gagasan. Bagian ini mencakup fleksibilitas konten, sensitivitas materi, validitas data, dan rasionalitas kisah. Berdasarkan cakupan gugus gagasan inilah aku dan klien bekerja bersama untuk merampungkan memoar. Silakan amati infografis di bawah ini.

Gugus gagasan memoar (Sumber: Dokpri)
Gugus gagasan memoar (Sumber: Dokpri)
Nah, itulah rahasia pertama yang aku bongkar dari dapur kepenulisanku selama ini. Tentu saja tidak bisa kamu ambil mentah-mentah. Seperti makanan, resep juga terkait dengan selera dan kebiasaan. Kalau ada yang cocok, silakan ambil. Begitu, Kawan.

***

RAHASIA KEDUA aku bongkar habis-habisan pada bagian ini, Kawan, jadi jauhkan dulu kantukmu. Hehehe. Silakan seduh kopi atau teh atau minuman apa saja. Kalau perlu sediakan kudapan. Bak menonton bioskop saja. Otak kenyang, perut kenyang.

Apakah sudah cukup dengan tiga poin pada rahasia pertama untuk menulis memoar secara terukur dan tertata? Belum. Biasanya, aku menyusun jadwal penulisan. Jadwal itu tidak semata-mata berisi apa dan kapan, tetapi juga meliputi persentase pekerjaan.

Kalau di dunia konstruksi, tiap detail pekerjaan ada persentasenya. Saat menulis memoar yang berhubungan dengan klien, aku juga begitu. Misalnya, riset data primer. Dalam 100% pekerjaan, riset data primer merupakan 10% dari bobot pekerjaan. Ketika riset itu kelar, berarti pekerjaanku baru rampung 10%. Masih jauh dari selesai.

Apa faedahnya? Tolok ukur. Jika penulisan memoar merupakan proyek berbayar (maaf, nilai proyeknya tidak kucantumkan), tidak akan terjadi selisih pendapat karena persentase pekerjaan sudah disepakati duluan. Jadi, tidak ada pihak yang merasa diakal-akali.

Silakan lihat bidik layar berikut. O ya, ini sekadar contoh, jadi tidak aku tampilkan keseluruhan.

Linimasa penulisan (Sumber: Dokpri)
Linimasa penulisan (Sumber: Dokpri)
Suatu ketika dalam kelas menulis ada peserta yang mempertanyakan alangkah ribet proses yang kulewati. Dengan enteng kujawab, begitulah caraku bekerja. Semua terencana, tertata, dan terukur. Itu pula sebabnya waktu yang kulewati jarang meleset dari rencana awal, sebab semua pekerjaan telah disusun secara terperinci.

Keren, kan? Sudahlah, Kawan, mengiya saja!

***

RAHASIA KETIGA akan kubongkar habis-habisan juga, Kawan. Pada bagian ini akan kusajikan bagi kamu soal bagaimana aku mulai menyusun kerangka. Seperti yang telah kusajikan pada tangkap layar di atas, bagian penyusunan kerangka ini berbobot 5% pekerjaan. Tidak enteng, tetapi tidak rumit juga. Namun, hasilnya sangat menentukan bagi kemudahan dan kelancaran penulisan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun