Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal dan Menangkal Rasialisme

10 Februari 2021   05:15 Diperbarui: 10 Februari 2021   09:22 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berpadu meski berasal dari beragam suku (Foto: Istockphoto via Tirto.id)

Sekali lagi, rasialisme bukanlah "barang baru". Prasangka yang didasari atas ras tertentu sudah ada sejak dahulu kala. Lebay-nya begitu. Rasialis dan dan rasis juga ada di mana-mana. Meski begitu, bukan berarti rasialisme atau rasisme dapat kita benarkan atau tumbuh suburkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Rasialisme juga bisa tumbuh rimbun bagai serumpun pisang di Indonesia, sebab Indonesia dihuni atau didiami oleh berbagai ras. Setidaknya ada enam ras besar yang bermukim di antero Nusantara.

Pertama, Melayu Mongoloid. Ras ini berciri fenotipe kulit sawo matang, berambut lurus, bentuk wajah cenderung bulat, dan bertubuh sedang. Ras ini berasal dari Yunan yang bermigrasi ke Nusantara dari dalam dua gelombang, yakni Melayu Tua (Proto Melayu) yang meliputi suku Batak, suku Toraja, dan suku Dayak; dan Melayu Muda (Deutro Melayu) yang mencakup Semenanjung Malaya, Madura, Jawa, dan Bali.

Kedua, Negroid. Ras ini merupakan gelombang migrasi penduduk pertama. Ciri fisik kulit berwarna hitam, berambut keriting, dan bertubuh tinggi. Ras ini berasal dari benua Asia dan menetap di Papua. Ada juga yang menyatakan bahwa ras ini berasal dari orang-orang yang tinggal di Semenanjung Malaya dan Kepulauan Andaman.

Ketiga, Weddoid. Ras ini merupakan gelombang migrasi penduduk kedua. Ciri fisik berkulit hitam, berambut keriting, dan bertubuh sedang. Ras ini berasal dari India bagian selatan. Mereka mendiami Kepulauan Maluku, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Riau. Selain itu, ras ini ditengarai dari orang Kubu (Jambi), orang Sakai (Siak), dan penduduk Kepulauan Mentawai dan Enggaro.

Keempat, Papua Melanezoid. Ras ini juga lazim disebut Melanesia. Mayoritas berada di Papua, Pulau Aru, dan Pulau Kai. Memiliki ciri kulit berwarna hitam, berambut keriting, dan bertubuh tinggi--hampir sama dengan ras Negroid, tetapi dengan bibir yang lebih tebal.

Kelima, Asiatic-Mongoloid. Ras ini umumnya kaum pendatang dari Tiongkok, Korea, dan Jepang dengan ciri fisik warna kulit kuning, mata sipit, bibir tipis, rambut hitam dan cenderung lurus, serta tinggi badan sedang.

Keenam, Kaukasoid. Ras ini berasal dari Timur Tengah, India, Australia, Amerika, dan Eropa; biasanya menetap di kota-kota besar. Warna kulit orang India agak kuning, sedangkan Timur Tengah, Australia, Eropa, dan Amerika berkulit putih. Ciri lain adalah rambut hitam atau pirang, berhidung mancung, bibir tipis, dan tinggi badan 165--180 cm.

Sebagai negara dengan penduduk yang multiras, potensi rasialisme sangat mudah terjadi. Sila ketiga Pancasila serta semboyan Bhineka Tunggal Ika mesti benar-benar tertanam di sanubari barulah rasialisme bisa dihindari.

Faktanya, dua pengikat keragaman dan keberagaman itu belum sepenuhnya mengikis laku rasis dalam diri segelintir orang. Selalu ada saja yang menjadikan ras sebagai bahan candaan, ledekan, hinaan, malahan ketentuan tidak tertulis seperti siapa yang berhak dan layak menjadi pemimpin.

Tidak heran jikalau Muhammad Hatta (proklamator Indonesia) merisaukan persatuan Indonesia suatu ketika terancam karena penduduk tidak siap menghadapi dan menerima keragaman. Maksud hati persatuan Indonesia, salah-salah persatean Indonesia.

Menangkal Rasialisme

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun