Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal dan Menangkal Rasialisme

10 Februari 2021   05:15 Diperbarui: 10 Februari 2021   09:22 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berpadu meski berasal dari beragam suku (Foto: Istockphoto via Tirto.id)

Sehubungan dengan penggunaan kata ras, Woods (2007:186) berpendapat bahwa ras digunakan ketika merujuk pada sifat yang diturunkan secara genetik dari generasi ke generasi. Setakat itu, ras hanya bertumpu pada sifat manusia yang diturunkan secara genetik.

Adapun Maguire (2002:140) menyatakan bahwa ras bukan hanya dirujukkan pada sifat manusia yang diturunkan secara genetik dari generasi ke generasi, melainkan dapat juga diacu pada diskriminasi prasangka.

Selanjutnya, Kontjaraningrat (1980:20) menyebutkan bahwa pengelompokan ras secara umum berdasarkan ciri biologis, bukan berdasarkan ciri sosiokultural. Jadi, ras berarti segolongan penduduk suatu daerah yang memiliki ciri dan sifat keturunan tertentu yang berbeda dengan penduduk lain.

Dengan begitu, ras dapat didefinisikan sebagai pembagian, pembedaan, atau pengategorian penduduk berdasarkan ciri fisik seperti bentuk tubuh, bentuk mata, bentuk dan warna rambut, warna mata, dan warna kulit. 

Berdasarkan paparan di atas dapat kita ketahui bahwa ras yang beragam bisa saja berada atau berdiam di kawasan yang sama. Jikalau dalam satu kawasan itu ada ras asli yang menetap sejak awal (bukan lebih awal), saat itulah akan muncul istilah pribumi dan nonpribumi.

Apabila satu ras lebih dominan dibanding yang lain, saat itulah mencuat mayoritas dan minoritas. Dominasi bisa saja tidak berdasarkan jumlah terbanyak, tetapi dapat juga dari sisi ras apa yang menguasai bidang tertentu, seperti perniagaan dan perpolitikan.

Keadaan mayoritas dan minoritas lambat laun memincu prasangka rasial, lalu mengarah pada diskriminasi rasial, berupa tindakan atau perilaku berdasarkan ras tertentu. Yang mayor curiga pada yang minor, sebaliknya juga begitu.

Orang yang berperilaku rasial disebut rasialis (lazim pula disebut rasis). Sederhananya, rasial itu sifatnya dan rasialis (rasis) itu sikapnya. Dominasi ras tertentu terhadap ras yang lain menyulut perasaan "ras paling unggul". Itulah rasialisme dalam babaran sederhana.

Berpadu meski berasal dari beragam suku (Foto: Istockphoto via Tirto.id)
Berpadu meski berasal dari beragam suku (Foto: Istockphoto via Tirto.id)

Tentang Rasialisme

JIKA kita merujuk pada kamus The New Encyclopedia Vol. 15, rasialisme dapat dimaknai sebagai berikut.

Racialisme is an older term, more or less synonymous with racism, the later now being common. A division in their meaning-applying racism to the theory or doctrine and racialisme to the practice of discrimination and prejudice.

Dengan demikian, rasialisme bukanlah sesuatu yang baru. Sejatinya, rasialisme merupakan istilah lama yang belakangan menjadi istilah umum. Rasialisme dapat berupa pemaknaan teori atau doktrin maupun praktik diskriminasi dan prasangka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun