Maka dari itu, jangan ragu-ragu menulis diari.
***
DIARI seperti apa yang dapat menyehatkan jiwa dan raga Anda? Saya jawab singkat saja: diari yang ditulis secara ekspresif. Saran saya, pilihlah kata-kata yang secara spesifik mendeskripsikan emosi. Gambarkan apa yang tengah Anda pikirkan atau rasakan dengan terperinci. Gemetar sampai-sampai tubuh seperti tak disangga tulang, contohnya.
Secara psikologis, tulisan ekspresif dapat membantu orang mengatasi gejala gangguan stres pascatrauma (post-traumatic stress disorder, PTSD). Dengan tulisan ekspresif, Anda dapat memulihkan ketegangan tubuh, mengembalikan fokus, melepas kecemasan, dan menjauhkan kemarahan.
Langkah apa saja yang dapat kita tempuh agar menulis diari lebih efektif? Berikut saya sajikan lima langkah menulis diari yang patut Anda coba. Langkah ini saya adaptasi dari sajian Matthew Tull dalam artikelnya yang berjudul “How Journaling Can Help with PTSD”.
- Cari waktu yang tepat. Tentu saja, kita juga mesti menemukan tempat yang tenang. Kalaupun ada sedikit gangguan, abaikanlah. Tanpa berniat menyombongkan diri, jika sudah menulis, saya malah tidak peduli situasi sekitar. Saya bisa menulis saat menunggu kereta, tirah baring karena sakit, atau menanti perempuan tersayang di tempat ramai seperti mal.
- Pikirkan pengalaman traumatis atau apa saja yang ingin Anda tulis. Lima menit cukup, tetapi jika ingin hasil yang maksimal maka bayangkan peristiwa yang ingin Anda tulis itu selama 20 menit. Bayangkan bagaimana pengalaman itu memengaruhi atau mengubah hidup Anda.
- Tulis apa yang sudah Anda bayangkan atau pikirkan. Pilih kata-kata yang spesifik, seperti “saat aku sadar terasa otot-ototku tegang”. Bahkan secara mendetail, seperti “aku melihat darah di tanganku, melihatnya menetes, dan mataku gelap”. Tulis hingga hati Anda berbisik, “Cukup!”
- Baca ulang. Setelah Anda selesai menulis, baca kembali semua yang Anda tulis. Baca saksama. Pelan-pelan saja. Perhatikan bagaimana perasaan Anda. Perhatikan apa yang terpikirkan seusai Anda menulis. Perhatikan perubahan pikiran atau perasaan Anda sebagai efek menulis momen traumatis.
- Ulangi keesokan harinya. Sebenarnya bisa berselang sehari, tetapi lebih bagus jikalau Anda bisa menulis diari setiap hari. Khusus untuk pengalaman traumatis, keesokan harinya tulis peristiwa yang sama dengan memulai dari langkah pertama di atas. Pada mulanya pasti sulit, sebab Anda laksana mengorek luka. Lama-lama Anda terbiasa dan tidak menganggapnya sebagai luka.
Sekali lagi, jangan sepelekan menulis diari. Manfaatnya besar bagi Anda. Jangankan stres akibat beban pekerjaan, depresi lantaran hubungan yang bermasalah dengan pasangan, tekanan batin karena bertikai dengan orang lain, gangguan stres pascatrauma saja bisa diobati melalui kebiasaan menulis diari.
Bukan hanya itu. Berkaca pada pengalaman Stephen King, menulis diari dapat membantu jiwa-raga kita untuk mendorong pertumbuhan psikis dan fisis, serta meningkatkan kemampuan kita untuk menemukan hikmah atau energi positif dari peristiwa traumatis. Orang Sunda menamai pola ini dengan menggunakan kata “untung”.
Jatuh dari motor, untung tangan saja yang lecet. Kepala menabrak palang, untung cuma benjol. Panen gagal, untung masih ada yang bisa dipanen. Hama tikus menerjang lumbung, untung cuma tikus. Pendek kata, segala trauma “dikecilkan” dengan menggunakan kata “untung”. Esensinya, rasa syukur. Praktiknya, bersyukur. Itu kearifan lokal yang kerap tidak kita recehkan.
***
ADAKAH cara mudah menulis diari? Ada. Engkong Felix melimpahkan rumus pribadi yang sangat mujarab untuk Anda praktikkan. Suhu kesayangan saya itu menyebut rumus pribadi tersebut dengan nama: Menulis Tanpa Menulis.
Jangan tertawa, Kawan. Itu sangat penting. Menulis tanpa menulis artinya Anda mengetik apa saja tanpa peduli kerangka, tidak butuh plot, tidak perlu data. Singkat kata, menulis saja. Jikalau Anda sudah tiba pada level terampil, semua akan seperti darah di dalam tubuh yang mengalir begitu saja. Wuih!
Sebagai tambahan, hitung-hitung pengaya gizi artikel ringan ini, berikut saya sajikan tiga tip saat menulis diari. Sebenarnya sudah sering saya babar, tetapi tidak apa-apa saya ulang lagi. Makin sering Anda baca, makin besar peluang Anda untuk mengingatnya. Sekuy!
- Abaikan kaidah kebahasaan. Lupakan ejaan dan tanda baca. Lupakan komposisi kalimat. Lupakan pernak-pernik wacana. Pusatkan perhatian Anda pada pikiran dan perasaan yang ingin Anda tuangkan. Tumpahkan semua hingga dada Anda berasa hampa, karena beban batin yang baru saja hilang.
- Gunakan kalimat aktif dan ekspresif. Ambil contoh sederhana. Pilih: Aku berusaha menghindar, tetapi becak itu meluncur deras dan menabrakku. Bukan: Aku ditabrak becak. Pilih: Jantungku berdebar-debar, mataku takbisa menangkap cahaya. Bukan: Aku ketakutan, aku kebingungan.
- Lakukan swasunting setelah tulisan rampung. Hindari kebiasaan kembali ke kalimat pertama begitu satu paragraf selesai. Apabila hal itu Anda lakukan, Anda akan tergoda untuk menyunting. Selesaikan dulu, baru sunting. Perjelas dulu (ini soal tulisan, Bray, bukan gebetan), baru sunting.
Cukuplah tiga tip itu. Jika Anda menguasainya, rajin melatih diri, terus mengembangkan wawasan, dan tiada henti-henti mencari celah kekurangan untuk memperbaikinya, maka Anda akan tiba pada level “menulis tanpa menulis”.