Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Dimarahi Atasan? Menulislah Jika Ingin Lebih Bahagia

2 Februari 2021   12:12 Diperbarui: 2 Februari 2021   12:40 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiba di rumah, seusai melepas penat, ambil laptop. Tuturkan di situ ekspresi ketika seseorang itu mengomel-omel. Bayangkan tokoh antagonis terjelek untuk menggambarkan karakter si penggerutu di kantor Anda itu. Tulis dialog yang Anda inginkan. Apa saja. “Kau jahap!” Eh, salah. Mestinya “jahat”. Itu satu contoh.

Tulis apa saja. Jangan peram rasa kesal. Biarkan perasaan terdalam Anda tumpah ke tulisan. Rasa marah karena tidak diperlakukan manusiawi, tulis. Rasa sedih karena tipe atasan ideal tidak pas dengan tabiat atasan Anda, tulis. Bagaimana sebaiknya menjadi rekan kerja, tulis. Ekspresi terdingin, sisi terintim, kengerian terperih, apa saja, tulis semuanya.

Setelah semuanya tumpah, ambil jeda sejenak. Lima menit pun cukup. Tutup mata. Tarik napas pelan-pelan, embuskan perlahan-lahan. Buka mata, baca tulisan, dan rasakan kelegaan bergerak dari jantung, menjalar lewat urat, membelai otot, mengelus sendi, dan tenanglah hati.

Begitulah. Menuliskan perasaan negatif dapat membantu Anda meringankan beban hati. Berbeda jika Anda meracau kepada siapa saja, mengumpat-umpat di hadapan orang yang tidak salah, malah menimbulkan luka baru. Marah di kantor jangan ditumpahkan di rumah. Bos yang salah, jangan pasangan atau orang di rumah yang menjadi samsak pelampiasan.

Begitulah. Menuliskan perasaan emosional bisa membantu Anda melepaskan energi negatif yang mengotori kalbu Anda. Dengan begitu, Anda akan lebih lega, lebih puas, lebih bahagia. Hasilnya makjleb. Anda akan mendapati suasana hati yang lebih baik, kesehatan fisik yang lebih baik, dan pandangan atas satu peristiwa buruk yang lebih baik.

Jadi, menulislah jika Anda ingin lebih bahagia.

***

MENULISKAN peristiwa-peristiwa yang menggangu perasaan dapat membantu Anda membuang dendam. Menjelajahi pikiran dan menggali perasaan terdalam dengan menulis, memang, bukan satu-satunya obat untuk menyembuhkan sakit hati, tetapi bisa menjadi salah satu jalan untuk menenangkan hati.

Sederhananya begini. Jika ada sesuatu yang ingin Anda katakan ketika dimarahi atasan atau direcoki rekan kerja, tetapi Anda merasa akan berdampak buruk jika Anda mengatakannya secara blak-blakan--seperti hukuman atau retaknya hubungan, tulis saja. Itu jalan teraman dan ternyaman. Relasi sosial terjaga, rasa sakit Anda terbuang.

Dengan demikian, Anda akan mendapatkan paling tidak dua hal yang menyenangkan. Pertama, menjernihkan pikiran. Ketika Anda sewot sesewot-sewotnya, ambil kertas lalu tulis perasaan dan pikiran terdalam Anda. Setelah semua kesewotan itu tumpah, sobek dan buang kertasnya. Saat itu, Anda tiba pada titik menenangkan yang membuat pikiran Anda lebih jernih.

Kedua, mengatasi masalah. Berhentilah memaksa diri untuk memecahkan masalah. Jika masalah pecah, masalah baru akan timbul dari pecahan masalah itu. Atasi saja kalau menyelesaikan satu masalah berat kita lakukan. Bos marah-marah bukan sesuatu yang bisa Anda pecahkan, sebab Anda tidak tahu penyebabnya. Jika Bos Anda laki-laki, mungkin beliau baru saja dihabisi istrinya di rumah lalu membawa perih hatinya ke kantor.

Jadi, menulislah jika ingin merasa lebih bahagia. Apa pun jenis tulisan Anda, masa bodoh. Kalau banyak yang saltik (salah tik) atau salkat (salah kata), bodoh amat. Tulis saja dulu. Tulis diari juga boleh. Kalau perlu, bergabunglah dengan Forum Diari Kompasiana (FDK)--sebuah organisasi imajiner yang membuat Engkong Felix kelojotan.

Salam takzim, Khrisna Pabichara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun