Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Niat Menulis supaya Bahagia, Malah Makan Hati

1 Februari 2021   18:07 Diperbarui: 2 Februari 2021   21:12 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagaimana caranya agar tulisan saya menembus koran? Ah, pusing (Gambar: thefashionglobe.com)

Satu contoh, kalau kita bermuram durja akibat tulisan ditampik oleh media massa atau penerbit, lalu patah arang dan berhenti sampai di situ, ya, boro-boro bahagia, yang ada justru sakit hati atau kecewa berlarut-larut.

Hal serupa akan kita alami jika menulis di K dengan niat memburu label belaka. Gara-gara Admin K tidak kasih label Pilihan, kita merasa sedih, kecewa, hingga akhirnya patah semangat. Jangankan senang, tenang saja tidak. Salah-salah berhenti menulis, mogok berkarya, mati suri.

Menulis dengan paradigma seperti itu akan menumbuhkan stres alih-alih bahagia. Pada awalnya hanya depresi, lama-lama menumpuk dan berpotensi menjadi psikosomatik. Terminal utama yang kita namai "menulis sebagai terapi penyembuhan" makin jauh dari pandangan, karena kita kesasar di selokan ambisi cetek.

Jadi, kalau ingin menjadi penulis yang berbahagia, yang menyembuhkan sakit batin, yang menyehatkan secara lahiriah dan batiniah, kita harus mengubah dulu paradigma menulis di kepala kita. Mau tidak mau, kita mesti kembali pada titik awal: menulis untuk bersenang-senang agar hati bahagia.

Bang Syafei dapat kita contohi. Beliau memasang target yang logis, sekalipun bisa saja gagal akibat beberapa kendala. Target doi sederhana, tahun ini ingin naik kelas dari Penjelajah ke Fanatik. Hitung-hitungannya mudah. Beliau mesti mengunggah sebanyak-banyak tulisan. Beliau hanya perlu menaksir berapa tulisan lagi untuk mencapai kelas Fanatik. Itu cukup.

Apabila nanti ada tulisan yang terpilih mengisi ruang Artikel Utama, dibaca banyak orang, atau dikomentari banyak orang, nilainya akan bertambah. Dengan begitu, waktu untuk memasuki bilik Fanatik menjadi lebih singkat. Kalau tidak, ya, santai saja. Nanti juga tiba di sana asal konsisten.

Sederhana, bukan?

Guna mencecap rasa bahagia karena menulis, target yang kita incar janganlah terlalu muluk. Makin tinggi sasaran makin sakit kalau jatuh karena gagal mencapainya. Gantungkan cita-citamu setinggi langit. Buat menggantungnya saja susah, apalagi menjangkaunya. Buat apa juga kita gantungkan kalau sudah di tangan, lalu setelahnya harus capek-capek meraihnya lagi.

Alamakjang!

***

BAGAIMANA caranya agar menulis dapat membahagiakan hati? Saya hanya punya satu jawaban: menulis tanpa beban. Saya mengalaminya. Bayangkan satu artikel kebahasaan yang saya taja dari proses meriset yang berdarah-darah, saya analisis sedemikian rupa, saya racik sebegitu renyah, ndilalah yang baca cuma 125 orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun