Kadang kala akhir dari menulis dalam keadaan mengalir itu adalah kejutan membahagiakan yang membuat hati berteriak “aduhai, bisa seperti ini”. Temuan tidak terduga saat kita larut dalam keadaan mengalir ketika menulis itulah yang, dalam istilah Engkong Felix, disebut serendipitas.
Jika sudah begitu, lapar raga tidak berasa. Pinggang yang cenat-cenut selama duduk mengetik pun raib entah ke mana. Pusing yang sempat mengendap di kepala akhirnya luluh sendiri. Kantuk yang sempat singgah diusir oleh mata yang tiba-tiba membelalak.
Sayang sekali, menulis dalam keadaan mengalir itu butuh proses. Jampi-jampi Daeng Rudy tidak berlaku. Cermin sakti Om Katedrarajawen pun tiada berdaya. Pendek kata, tidak dapat kita raih dengan mudah, tidak seperti memetik bunga di pagar orang--bunga dapat, teriakan dapat.
Keadaan mengalir itu lahir dari kebiasaan menantang diri untuk menulis secara intuitif. Ketemu ide, ambil laptop, biarkan jemari dan otak membangun kerja sama yang laras dan padu, lantas segalanya terjadi dengan sendirinya.
Persis ketika saya hendak mengisi pelatihan, seminar, atau lokakarya. Sebelum mengucap salam, saya diserang grogi dan demam panggung. Sekali berbicara, saya sanggup berdiri di hadapan audiens selama berjam-jam dengan kata-kata yang tersusun rapi dan dinikmati oleh penghadir.
Dari mana asalnya mukjizat itu? Pembiasaan. Saya membiasakan diri. Saya memaksa diri. Saya menantang diri untuk terbiasa memberikan umpan balik yang cepat. Saya hanya menyebut satu alamat, Om Googel Map langsung menunjukkan lokasi. Begitulah ujung dari proses panjang dan parah itu.
Keadaan mengalir mungkin terjadi jika ada keseimbangan antara tingkat keterampilan menulis dengan level tantangan gagasan. Keadaan mengalir mungkin terjadi selama kekayaan wawasan dan kosakata setara dengan kenikmatan menulis.
Saya percaya bahwa Anda bisa memahami dua alinea sebelum ini, sebab Anda bukanlah orang bodoh.
***
APA yang bisa Anda lakukan guna menuju keadaan mengalir dalam menulis?
Pertama, menjauhi aturan. Jangan pikirkan kaidah kepenulisan saat ide baru merasuki hati. Tulis dulu semuanya. Pikiran yang terpacak pada kaidah ejaan, salah tik, teori wacana, ataupun perkara lain tentang kebahasaan yang dapat memenjara otak Anda.
Kedua, menjauhi keruwetan pikiran. Banyak pikiran atau pikiran seperti benang kusut dan basah akan menyulitkan munculnya keadaan mengalir saat menulis. Berjuanglah, ya, berjuang agar tetap dalam kondisi santai.