Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menakar Efektivitas Foto Warna-warni Anies Baswedan

26 Januari 2021   11:46 Diperbarui: 26 Januari 2021   12:14 1683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

O, tidak begitu. Kita semua tahu, tidak sedikit orang menganggap kolong jembatan sebagai tempat yang kumuh. Anies menunjukkan bahwa Jakarta memang berbeda. Kini kolong jembatan sudah indah bagai taman penuh bunga berwarna-warni.

Dengan begitu, beliau sedang menampilkan citra indah kawasan kumuh di Jakarta. Itu juga upaya keras untuk menangkal gebrakan Risma yang menemukan gepeng di jantung Jakarta. Seolah-olah Anies berkata kepada para penyinyirnya, “Foto bareng, yuk?!”

Apakah proyek pewarnaan atap dan kolong jembatan layang berakhir indah bagi Anies? Rasa-rasanya tidak. Bukan tidak, melainkan belum. Pendukung Anies tampak kurang bergairah, sementara penentangnya malah ekspresif. Beberapa “pejuang caper” di media sosial bersukacita menyambut tongkrongan Anies di dalam foto.

Ada netizen yang membandingkan Anies dengan Rano Karno, mantan Gubernur Banten, yang tidak sekenes itu saat difoto. Ada juga pengheboh medsos yang memilih sosok pahlawan jago terbang untuk melihat keindahan atap rumah di Lenteng Agung. Bukan cuma itu. Ada juga warganet yang membandingkan beliau dengan barisan balita yang memenangi lomba mewarnai gambar.

Tiga tanggapan receh itu seyogianya tidak diremehkan oleh Anies. Panu bermula dari bercak setitik, lama-lama melebar, akhirnya tangan gatal jika tidak main garuk. Pengalaman instalasi Bambu Getah-getih dan Instalasi Galon mesti dijadikan cermin refleksi. Anggaran ratusan juta, dalam beberapa saat sudah kehilangan nyawa.

Tentu saja Anies tidak perlu meladeni komentar miring warganet. Biarkan tim sorak yang mencatat, menilai, dan menganalisis simpati dan antipati warga. Biarkan Anies terus bekerja. Jika Risma benar-benar disorong oleh PDI Perjuangan ke gelanggang tarung, ia bakal punya lawan yang setanding dan sebanding.

Suka tidak suka, Anies dan tim soraknya mesti memeras otak untuk terus mengatrol atau mendongkrak elektabilitas.

***

BAKAL rival Anies pasti banyak. DKI Jakarta masih “gula” bagi “semut”. DKI Jakarta masih pusat semua publikasi. Banyak sosok muda dari daerah yang mungkin merantau ke Jakarta, mengadu nasib sebagai calon gubernur, dan bisa saja sewaktu-waktu menyingkirkan Anies dari kontestasi.

Risma hanya salah satu dari perantau itu. Itu saja sudah merepotkan Anies. Dengan tabiat yang tidak betah berlama-lama di sofa empuk, Risma berpotensi bikin Anies keteteran. Salah-salah kelimpungan karena kedodoran.

Anies mesti lebih sering turun ke jalan. Tidak perlu ke tengah jalan, nanti ditabrak mobil. Cukup di sisi jalan dan menyapa warga. Sesekali bertanya, “Apakah fotoku di kolong jembatan sudah keren?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun