Lantaran ada sekat ruang dengan penanda berupa warna, maknanya bisa menjadi "Maman yang dijual". Wah, itu sudah sangat parah. Sudah dapat kita anggap sebagai perdagangan manusia seperti kata Bung Saut.
Apakah orang yang membuat spanduk sudah bertanya kepada Maman atau belum? Benarkah Maman mau dijual? Apa yang dibutuhkan oleh pembeli sehingga Maman ditawarkan sedemikian rupa? Luar binasa memang!
Sebermula Maman menawarkan sesuatu, akhirnya dia menjadi korban perdagangan manusia alias human trafficking. Nasib miris ternyata bukan hanya dialami oleh Maman. Banyak korban lain di mana-mana. Simak gambar unggahan Bung Saut di bawah ini.
Lihatlah bagaimana Angga, Julie, Johan, dan Toni dijual. Kasihan keluarga mereka karena tengah mendapat ancaman kehilangan kerabat. Perhatikan lagi penulisan pada spanduk yang menjual Julie. Sudahlah meniagakan orang, menulis "di jual" pula dalam ukuran besar.
Bagaimana perbaikannya? Sebutkan apa yang dijual dan siapa narahubung yang bisa dihubungi. Kelar perkara. Contoh: Rumah dijual. Hubungi Maman: 08xx-xxxx-xxxx. Itu kalau rumah yang dijual. Bagaimana kalau yang lain? Tinggal ubah, Bray.
Lihat pula gambar di bawah ini.
Pada bagian kiri bawah terjadi kesalahan penulisan. Di kontrakan. Dengan demikian, rumah tersebut tidak untuk dikontrakkan, tetapi tempatnya berada di kontrakan. Camkan, Sobat, jika /di/ dipisah maka maknanya merujuk tempat. Bukan perbuatan.
Pada bagian kanan bawah juga keliru tulis. Dikontrakan. Kata dasarnya kontra, artinya 'berada dalam keadaan tidak setuju (kata sifat)' atau 'menentang (kata kerja)'. Pembubuhan imbuhan /di-kan/ membuat makna dikontrakan menjadi 'dibuat menjadi bertentangan atau saling menentang'.
Bagaimana penulisan yang tepat? Lihat bagian atas. Dikontrakkan. Kata dasarnya kontrak, dibubuhi /di-kan/, maknanya 'disewakan rumah atau kamar dalam batas waktu tertentu'.Â
Ada lagi yang menyulut rasa dongkol.Â