Sebelum terjun ke dunia fiksi, saya lebih dulu menceburkan diri ke samudra buku nonfiksi. Puluhan buku nonfiksi telah saya gubah, di antaranya, Rahasia Melatih Daya Ingat.Â
Kumpulan cerpen pertama saya, Mengawini Ibu, pun beberapa kali naik cetak. Laris. Begitu juga dengan novel pertama saya, Sepatu Dahlan. Berapa jumlah royaltinya? Rahasia dapur. Itu masa lalu. Maksud saya, belakangan ini royalti dari dua buku itu sudah tidak ada.
Silakan tilik infografis di bawah ini.
Kedua, menjadi trainer. Nah, artikel yang saya tayangkan di Kompasiana di antaranya menyasar pasar pelatihan. Spesialisasi saya, kebahasaan. Misalnya menyusun laporan tahunan, menyusun materi promosi, menata surat dinas, dan mengembangkan keterampilan berkomunikasi.
Ketiga, menjadi motivator. Selain menyemangati diri sendiri, saya juga gandrung memotivasi orang lain. Metode yang saya gunakan mirip-miriplah dengan orang lain. Perbedaannya hanya pada cara penyampaian.
Keempat, menjadi mentor. Beberapa pesohor yang meminta saya menjadi "penulis bayangan" akhirnya mengalah. Biasanya saya tampik permintaan seperti itu. Saya memilih menjadi teman menulis sehingga klien mampu merampungkan bukunya, alih-alih menuliskan sesuatu yang kemudian disebut sebagai karya klien.Â
Sekalipun Anda tidak mampu menjadi pembicara atau trainer, tidak usah berkecil hati. Cukup tulis tiga hingga lima buku dalam setahun. Kalau mampu. Dengan begitu, perputaran royalti dari buku-buku itu mencukupi karena bisa setara dengan UMR jika dihitung per bulan.
Bagaimana kalau tidak sanggup juga menulis banyak buku? Boleh jadi pula menulis banyak buku, tetapi yang laku cuma satu buku. Mengeluh melulu. Sudahlah, menulis saja. Terlalu banyak tanya dapat mengantar Anda pada terminal cemas. Unjuk gigih dulu baru unjuk gigi, Sobat.