~kepada Amel
/1/
Kita bisa gila karena desakan harapan
abai pada kenyataan di depan mata
kita pulang ke pangkuan cita-cita
Penyatuan Kita--yang selalu bara.
Kita akan gila karena perubahan
padahal hanya tahun yang berganti
kita kembali ke pelukan tabah--
yang saban hari terus menyusut.
Kita selalu punya banyak waktu
mendengarkan lengking trompet
dan bibir kita berbagi hangat
Kita selalu punya banyak jalan
melarikan dan melarakan luka
sebab kita mahir pura-pura lupa.
/2/
Kadang kita rindu pada tahun baru
yang bebas dari guyuran nestapa
langit di atas kita berkaca-kaca
menyodorkan tagihan duka.
Kita lupa diri menari semalaman
menikmati dentum petasan
menghalau denyar gusar
membilang utang demi utang
Kadang langit demikian menyebalkan
semenyebalkan teman dan kerabat
yang kukuh meminta buku gratis.
Kenapa hujan kian menjengkelkan
semenjengkelkan token listrik
semenjengkelkan sewa kontrakan
/3/
Kepedihan membiarkan kita terkapar
sendu merajam sendi-sendi kita
duka mengusap ubun-ubun kita
tahun ini masih seperti tahun lalu
Maka kita biarkan Kesedihan berdendang
seperti televisi yang terus menyanyi
lalu kita mendengkur di depannya
memeluk harapan tahun baru
Kesedihan begitu tenang menyapa kita
setenang puisi penuh air mata
yang terbaca letik kembang api
Maka kita harus mau dan mampu
menukar larik-larik luka
      dengan hangat doa-doa
2020
![Gambar: beritagar.id](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/12/31/images-6-5fedefacd541df1cd264d322.jpeg?t=o&v=770)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI