Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Melawan Rasa Cemas Akibat Terus di Rumah

26 September 2020   13:27 Diperbarui: 28 September 2020   18:01 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rumah jangan dianggap penjara, desis saya. Rumah itu, desis saya lagi, kebun paling subur untuk menyemai bibit cinta dan benih harapan.

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi
Jika si Bosan atau si Jemu tiba di beranda, ucap saya agak pelan, jangan bukakan pintu. Yang suka buku silakan membaca. Yang senang menonton langsung nyalakan televisi. Yang gemar memasak segera ke dapur. Yang biasa menyanyi lekas-lekas masuk kamar mandi.

Lakukan apa yang kalian senangi. Tidak ada bos yang akan memarahi kalian. Tidak ada atasan yang datang mengata-ngatai kalian. Mumpung di rumah, lawan si Cemas. Selama tugas kalian kelar, tidak ada alasan si Cemas mengusik batin kalian.

Dokumen Olah Pribadi (templat slidesgo)
Dokumen Olah Pribadi (templat slidesgo)
Bahagiakan diri sendiri, kata saya. Orang lain belum tentu mau membahagiakan hati kalian, kata saya lagi, sebab mereka sibuk membahagiakan hati masing-masing. Hentikan keluh kesah, imbuh saya. Jika keluh kesah dapat menyelesaikan masalah, imbuh saya lagi, baru kalian boleh mengeluh dari matahari terbit hingga terbenam.

Pererat tali komunikasi, ujar saya. Mendadak saya beralih profesi menjadi penceramah. Kerabat dekat yang jarang kalian hubungi cobalah kontak sekarang. Tanya kabar mereka. Kalau perlu lakukan panggilan video. Mumpung kalian tidak dalam tangkapan kamera pengintai.

Mereka serempak kasak-kusuk. Gawai serentak dinyalakan. Mereka sibuk sendiri. Saya mendengus. Ceramah belum kelar, mereka sudah mabuk gawai. Menyadari ada yang tidak beres, satu per satu menengadah. Mata mereka seolah-olah mengatakan "maaf, Daeng, kami langsung praktik".

Hargai apa yang kalian miliki, sergah saya. Nikmati apa yang tengah kalian jalani, sergah saya lagi. Mereka manggut-manggut. Riswan berdiri. Tarkim berdiri. Roman ikut berdiri. Lama-lama semuanya berdiri. Perasaan saya mulai takenak.

Istriku menunggu, kata Riswan. Hargai harta yang dimiliki, kata Roman. Semuanya meninggalkan warkop. Saya menggeleng-geleng. Beginilah nasib motivator gratisan. Motivasi mehong dibayar dengan lengos. Tanpa basa-basi. Tanpa terima kasih.

"Semuanya tiga puluh tiga ribu, Daeng," ujar Kang Mamat sambil mengangkati gelas. "Segelas tiga ribu. Ini ada sebelas gelas."

Saya terpangah.

Salam takzim, Khrisna Pabichara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun