Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Demi Korona, Anies Minta Uang Lagi

17 September 2020   02:30 Diperbarui: 17 September 2020   03:04 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi
Dalam hal rasio kasus per satu juta penduduk, Jakarta tetap di posisi puncak. Penetrasi virus korona di Jakarta sudah mencapai level mencemaskan. Rasio kasus secara nasional pun sama. Setiap hari kita disuguhi kabar tentang korona. Rakyat Indonesia sudah tidak paham lagi cara menubuhkan tabah dan menabahkan tubuh.

Menteri terpapar. Bupati tertular. Walikota terjangkit. Rakyat terkapar. Bahkan, kemarin Sekda DKI Jakarta berpulang ke rahmatullah. Jika petinggi terus mempertontonkan lakon tikai, masyarakat bisa saja bersikap apatis. Masker ditaruh di saku. Cuci tangan hanya sebelum makan atau beribadah. Jaga jarak tinggal slogan. Menjauh dari kerumunan dilanggar berkali-kali.

Mau sampai kapan?

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi

Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Saya percaya, Anies dan petinggi lain masih mampu menghafal pepatah itu. Rakyat membutuhkan teladan. Rakyat memerlukan solusi. Rakyat menginginkan gerak selaras antarpemimpin. Rakyat sama sekali tidak mengangankan pameran kata dengan pemeran tunggal.

Ayolah, Anies Baswedan. Kami memerlukan pertunjukan kerja sama, bukan pergelaran saling tuding. Ayolah, Ridwan Kamil. Kami membutuhkan tuntunan keselarasan aksi, bukan tontonan tukar bacot. Ayolah, Jokowi. Kami mengidamkan determinasi kebijakan, bukan atraksi lempar sindiran.

Mau sampai kapan?

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi
Kalau terus seperti ini, satu demi satu warga akan tumbang dengan sendirinya. Sudahlah. Hentikan kelahi itu! Rakyat berjuang menafkahi negara ini bukan untuk melihat pemimpin mereka tak henti-henti bertikai.

Kami capai terus dipaksa mendekam dalam bilik ketakpastian. Kami rela berhari-hari tidak keluar rumah, asalkan "bapak-ibu yang terhormat" bekerja sepenuh hati. Kami rela meneguk liur rindu, selama "kalian kaum yang mulia" lebih banyak berkerja daripada bertelingkah.

Kami capek, Pak Anies. Di rumah, kami butuh jajan dan makan. Di televisi, Bapak terus minta uang! Kami lelah, Pak Jokowi. Di rumah, kami kelojotan. Di televisi, Bapak masih saja gelagapan. Kami tak peduli berapa banyak uang yang Bapak-bapak habiskan, asalkan pandemi dihadapi secara tepat dan cepat. 

Keringat kami sudah diperas menjadi pajak. Kami ingin sehat!

Salam takzim, Khrisna Pabichara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun