"Jujur!"
"Maafkan aku."
"Kenapa?"
"Ada perempuan lain di kepalaku."
Ia tertawa. "Paling juga perempuan depan kiosmu. Hati-hati, serong berawal di kepala."
"Aku tahu," kataku sambil tersenyum kecut. "Maafkan aku. Gak ada apa-apa antara aku dan Eros. Tadi aku cuma membantunya mengusir kecoak."
Ai tertawa. Merdu sekali. Alih-alih senang, aku bergidik. Bangkai kecoak menyelamatkan aku. Lega rasanya. Memang aku belum pernah berlaku serong. Ai tetap perempuan satu-satunya di hatiku. Tetapi, ada perempuan lain di kepalaku. "Anjing!"
"Kecoak, bukan anjing."
Aku mengibas-ngibaskan rambut. Seekor kecoak terbang menjauhi kepalaku. Â
***
Selasa benar-benar menyiksa. Sejak buka kios tidak seorang pelanggan yang datang. Alamat tomat busuk lagi. Eros beberapa kali menyapaku, tetapi aku tidak mengindahkannya. Istriku sudah curiga. Sesama pedagang di pasar bisa saja bekerja sama mengusir sepi.