Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Amien Rais, PAN Halusinasi, dan Ancaman Rasa Kecewa

4 September 2020   16:13 Diperbarui: 4 September 2020   17:56 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada mulanya adalah Majelis Amanat Rakyat (MARA). Gerakan moral yang dideklarasikan pada 14 Mei 1998, sehari setelah Soeharto lengser dari takhta presiden, digadang-gadang akan menjadi mesin baru dalam memperjuangkan demokrasi dan keadilan di Indonesia.

MARA menjadi corong pertama bagi hasrat politik Amien Rais setelah Orde Baru tumbang. Gerakan moral itu didukung oleh beberapa tokoh nasional. Goenawan Mohamad, Rizal Ramli, Emil Salim, A. M. Fatwa, Faisal Basri, Toety Heraty, serta Abdillah Thoha. Itu sekadar menyebut nama.

Era reformasi sontak dimeriahkan oleh ingar-bingar kelahiran partai politik baru. 23 Agustus 1998. Amien Rais dan kolega mengantarkan MARA menjadi sebuah partai politik dengan platform cerah dan mencerahkan. Partai Amanat Nasional (PAN) namanya.

Peran Amien Rais dalam pendirian PAN sangatlah vital. Tidak heran jika segelintir orang berpendapat bahwa PAN adalah Amien Rais. Begitu pula sebaliknya. Namun, Amien Rais--yang separuh PAN itu--tidak mampu mengantar PAN menjadi partai pemenang pada Pemilu 1999.

Pemilu 1999. Partai berlambang matahari bersinar cerah ternyata hanya mampu meraup 7.526.956 atau 7,12% suara. Sebanyak 34 kursi di DPR RI berhasil diduduki kader PAN. Meski begitu, PAN sukses besar mengantar Amien Rais ke kursi Ketua MPR RI masa bakti 1999--2004.

Pada Pemilu yang sama, PDI Perjuangan keluar sebagai peraih suara terbanyak dengan 35.689.073 atau 33,74% suara. Partai sempalan PDI yang dinahkodai oleh Megawati Sukarnoputri itu mampu merengkuh 153 kursi di DPR RI. Sekalipun PAN dan PDI Perjuangan sama-sama parpol anak sulung reformasi, tetapi partai berlambang banteng bermoncong putih jauh meninggalkan raihan suara PAN.

Amien Rais, doktor ilmu politik alumnus Universitas Chicago, Amerika Serikat, berhasil menggalang Poros Tengah untuk mengganjal PDI Perjuangan untuk meraih kursi presiden. Ajaibnya, Poros Tengah pula yang berperan penting dalam menjatuhkan Gus Dur dan mendudukkan Megawati di kursi RI 01.

Hasrat Politik Amien Rais

Pada Pemilu 2004, persentase suara PAN justru menurun alih-alih meningkat. Popularitas Amien Rais selaku Ketua MPR tidak berarti banyak. PAN hanya sanggup meraup 6,4% suara serta mendapatkan jatah 53 kursi di parlemen. Suara turun, kursi meningkat.

Apakah penurunan raihan suara itu mengerdilkan "gairah" Amien Rais? Tidak. Aktor utama film layar khusus berjudul "Poros Tengah" tersebut bahkan menabuh genderang perang dan menyatakan diri maju ke panggung tarung Pilpres 2004.

Amien didampingi oleh Siswono Yudohusodo untuk berhadapan dengan empat paslon lain. Boro-boro menang, suara paslon Amien-Siswono malah kedodoran hingga rangking keempat dari lima paslon. Mereka harus mengakui keunggulan paslon SBY-JK yang terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden.

Dinamisasi PAN berlangsung tiada henti. Satu demi satu pendiri meninggalkan partai. Bahkan, ada juga yang menanggalkan kostum politik praktis. Hingga 2019, praktis tinggal Amien yang bertahan di tubuh PAN. Deklarator PAN yang lain sudah pergi, Amien tetap setia mengeram di rahim PAN.

Tidak ada lawan abadi, tidak ada kawan sejati. Amien Rais rela bergabung dengan anak-anak Soeharto di Partai Berkarya pada Pilpres 2019 lalu. Kroni sebagai peretelan KKN yang dulu diperjuangkan olehnya sekejap luntur demi memperjuangkan pasangan Prabowo-Sandi merebut kursi presiden dan wapres.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun