Calon pengantin yang bunuh diri tadi dapat kita jadikan sebagai contoh kasus. Setelah meriset ke sana kemari dan menemukan banyak varian data, saatnya kita tilik mana yang punya daya jual tinggi. Bisa jadi tilikan gagasan kita adalah kondisi psikologis, mungkin juga situasi di rimba permaharan dan perpestaan yang biayanya mencekik leher.
Orangtua yang mencuri gawai demi memenuhi kebutuhan belajar anaknya dapat juga kita pilih sebagai bahan uji coba menaksir barang a la pedagang. Kita harus pintar-pintar menguak sisi mana yang punya daya tawar tinggi di hadapan pembaca. Bisa perasaan orangtua yang terpepet kebijakan, bisa perdebatan tentang baik-buruk tindakan sang orangtua.
Trik ini akan berfungsi lebih baik jika kita punya keahlian "meragukan dan mempertanyakan". Ya, tiada beda dengan pedagang. Ia harus meragukan apakah seekor kambing akan laku atau tidak. Ia juga harus mempertanyakan kualitas kambing apakah sudah setara atau belum dengan harga jualnya. Bahkan, sudah memikirkan kompatriot dan kompetitor di pasar kambing.
Penulis adalah Pelukis Diri Sendiri
Ada orang yang diberkati dengan gilang-gemilang gagasan, tetapi tidak mampu menulis dengan baik. Gagasan itu hanya bertumbuh dan bertambah di kepala dan bikin sesak otak. Ada juga orang yang dianugerahi kerlap-kerlip ide sekaligus mampu menulis dengan baik. Gagasan di benaknya bergerak ke benak orang lain, terus bertumbuh dan bertambah, akhirnya berkembang menjadi sesuatu yang menggerakkan.
Tiap-tiap manusia dilimpahi keunikan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Tugas enteng kita hanya satu, menemukan keunikan itu dan mengungkitnya menjadi kelebihan. Dua penulis lagu dapat menghasilkan karya berbeda dari sumber inspirasi yang sama. Dua pelukis bisa menghasilkan gambar yang berbeda sekalipun yang dilukis berasal dari satu objek. Begitu pula dalam dunia tulis-menulis atau karang-mengarang.
Jika trik menjadi penabung yang cergas, petani yang cekatan, dan pedagang yang cerdas sudah kita jalani berkali-kali maka kita akan menemukan sendiri gaya, bentuk, dan karakter tulisan kita. Mula-mula kita bisa menjadi peniru, lambat laun kita menjadi diri sendiri.
Kalian mau memilih tipe mana saja, terserah. Tidak memilih satu tipe pun tidak apa-apa. Yang penting kalian menghindari hal terburuk yang kerap dilakukan oleh banyak penulis, yakni berlindung di balik perisai "yang penting menulis". O, tidak begitu. Sekarang sudah masanya kita memakai tameng "menulis yang penting"! [kp]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI