Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ketika Capres Ditanya Aktivitas Ibadahnya

15 Maret 2019   18:04 Diperbarui: 26 Mei 2019   15:49 1101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Grafis: kisspng.com (Dokpri)

Itu karena penduduk Indonesia mahir mengklaim: pihak Pak Jokowi mengaku berakal waras, kubu Pak Prabowo mengaku berakal sehat. Tidak satu pihak pun yang mengaku berakal tidak waras atau sakit.

Sumber Grafis: kisspng.com (Dokpri)
Sumber Grafis: kisspng.com (Dokpri)
Maka dari itu, percuma saja segelintir orang berkoar-koar tentang kampanye positif. Mengapa? Sebab yang laku di masyarakat justru kampanye negatif dan kampanye hitam. Bercuap-cuap tentang pesta demokrasi pun rasanya hambar. Bukan apa-apa, elite kedua pihak yang "berseteru" sudah sama-sama memaklumatkan perang. 

Andai kata saya masuk dalam jajaran juru kampanye kubu Pak Jokowi, saya tidak akan ikut-ikutan mempertanyakan di mana Pak Prabowo akan jumatan. 

Lebih baik saya mempertanyakan bagaimana cara Pak Prabowo menggenjot pembangunan tanpa utang, menurunkan harga-harga tanpa merugikan konsumen, dan menjaga kestabilan pangan tanpa impor.

Jika itu kurang mempan, saya pasti menanyakan perkara lain seputar mengapa hanya 1% penduduk Indonesia yang menikmati kekayaan alam dan langkah taktis apa yang akan beliau lakukan supaya kekayaan alam itu dinikmati secara adil dan merata oleh seluruh lapisan masyarakat. Lebih detail lagi, seperti apa adil dan merata di benak beliau.

Saya tetap akan bersikukuh, seandainya saya juru kampanye Pak Jokowi, tidak mempertanyakan identitas keislaman Pak Prabowo. 

Sekalipun kubu sebelah tak henti-henti menebar fitnah seperti azan akan dilarang, pelajaran agama dihapus, kondom dibagikan secara gratis, atau perkawinan sejenis dibolehkan, saya tidak akan membalas dengan cara yang sama. Jika itu saya lakukan berarti sama saja dengan kubu lawan.

Untung saya bukan juru kampanye pihak mana pun. Saya sebatas penggembira, sekalipun jelas memilih satu di antara dua pasangan calon, yang menikmati keriuhan sebagai tontonan segar dari kejauhan. Kadang saya tergelak melihat perangai pihak Pak Jokowi, kadang saya tertawa melihat pongah pendukung Pak Prabowo. 

Tertawa saja. Tidak lebih, tidak kurang. [khrisna]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun