Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Filosofi Dungu

23 Februari 2019   10:37 Diperbarui: 26 Mei 2019   15:40 2218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mamat meletakkan gelas di atas meja. "Elu tahu dungu?"

"Kang Mamat!"

Perantau dari Garut itu cengengesan. "Bukan. Maksud gue, arti kata dungu."

"Kata itu disematkan kepada orang yang tumpul otaknya," ujar Engkos sembari mencebis tahu isi, menjejalkannya ke mulut, dan mengunyahnya pelan-pelan. Ia mendongak dan tersenyum melihat Mamat masih berdiri di sisinya dengan mulut membentuk huruf 'o'. "Dungu setingkat di bawah bodoh. Orang bodoh masih ada secercah harapan untuk belajar."

Mamat mengangguk-angguk. "Berarti para cebong sudah kehabisan harapan belajar."

"Kata siapa?"

"Rocky Gerung."

"Kapan ia bilang begitu?"

"Semalam di tivi."

Engkos terkakak-kakak. Matanya sampai berair. "Kalaupun benar tudingan Rocky, dungu sejatinya ia sematkan pula kepada kaum kampret."

"Kenapa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun