Tersebut dalam sebuah riwayat, seorang tukang sihir dengan kesaktian mahaampuh bermaksud menghancurkan seluruh kerajaan.
2
Maka, ia masukkan ramuan ajaib ke dalam sumur tempat semua orang minum. Siapa pun yang meminum air itu akan menjadi gila. Keesokan harinya, semua penduduk kerajaan itu mengambil air di sumur itu dan meminumnya, kecuali Raja dan keluarganya yang minum dari sumur lain.Â
Akibatnya, selain Raja dan keluarganya, seluruh penduduk kerajaan itu gila.
Melihat kondisi rakyatnya, Raja berusaha mengendalikan keadaan. Aturan untuk menjaga keamanan, ketertiban, dan kesehatan umum mulai dimaklumatkan. Tetapi, polisi dan kepala polisi yang juga meminum air dari sumur bertulah itu menganggap aturan yang ditetapkan Raja sangatlah aneh dan muskil diterapkan.Â
Rakyat pun menuding Raja telah gila karena membuat aturan yang tak bisa diterima oleh akal mereka. Lantas, rakyat meminta supaya Raja segera turun takhta--karena mereka tidak mau diperintah oleh orang gila.
Raja putus asa dan berniat turun takhta. Namun, Ratu memintanya bersabar dan meminum air di sumur bertulah itu. Alhasil, setelah minum air sumur itu, Raja pun bersikap gila sama gilanya dengan rakyatnya.
Petikan kisah di atas dapat kita temukan dalam novel ini di halaman 42. Sepertinya Coelho hendak bertanya kepada kita, "Sebenarnya siapa yang gila?"
3
Apa saja yang ditawarkan novel ini?Â
Semula saya berpikir pastilah keindahan pembacaan yang ditawarkan Coelho, sama seperti novel-novel sebelumnya. Ternyata, saya tenggelam dalam kenikmatan membaca.Â