Barcelona tidak gagal pada musim lalu karena Juara La Liga dan Piala Copa del Rey dalam genggaman. Akan tetapi, sang Presiden Klub tidak puas. Kegagalan di Liga Champions Eropa adalah aib, apalagi Real Madrid melaju mulus dan sukses mempertahankan gelar.
Bukan Barcelona, bukan AS Roma. Adalah Arsenal, Everton, dan Tottenham Hotspur yang semula mendekati Malcom. Akan tetapi, justru Inter Milan yang serius ingin melamar Malcom dan memboyong anak muda itu ke Milan.
Saga transfer kian berliku. Tiba-tiba muncul Roma. Tim berjuluk Si Serigala yang baru saja kehilangan kiper andalan itu serius ingin meminang Malcom ke Liga Italia. Tawaran 40 juta Euro sudah disepakati. Tiket perjalanan ke Roma sudah tersedia.
Namun, Si Serigala harus gigit jari. Barcelona gara-garanya. Tim asal La Liga yang ditaklukkan pada perempat final Liga Champions Eropa musim lalu itu menelikung tiba-tiba. Hanya menambah sejuta Euro, Malcom malah terbang ke Katalunya.
Magnet baru sepak bola yang sudah dua tahun menjalani musim gemilang di Bordeaux itu diincar tiga klub dari Liga Inggris, dipinang dua klub Liga Italia, dan berlabuh di klub raksasa La Liga. Penggemar AS Roma yang sudah menunggu di bandara akhirnya pulang ke pelukan kecewa.
Jikalau seorang pesepak bola sampai diperebutkan oleh dua klub, pasti ada yang istimewa pada dirinya. Syahdan, menurut catatan Whoscored, Malcom punya rataan 2,5 umpan kunci per laga. Gocekan mautnya rata-rata 2,7 per laga.
1. Kualitas Baru Pasukan Blaugrana
Kedatangan Malcom tentu memperkaya lini serang Barcelona. Sebelumnya sudah ada Paco Alcacer dan Ousmane Dembele. Belum lagi Munir El-Haddadi yang tengah dipinjamkan ke klub lain. Bahkan, dalam situasi mendesak, Coutinho bisa dipasang di sayap kiri.
Lini serang yang sungguh mematikan. Melihat kiprah 12 gol dan 7 umpan kunci tahun lalu (2017/2018) di Bordeaux, juga 7 gol dan 4 umpan kunci pada musim sebelumnya (2016/2017), bukan hal mustahil bagi Malcom untuk mendampingi Messi dan Suarez di lini depan.
Gelandang bertahan dan gelandang serang La Blaugrana tidak kalah mengerikan. Walaupun Paulinho dilego kembali ke klub lamanya, Barca masih punya Coutinho, Rakitic, Busquets, Denis Suarez, dan Andre Gomes. Jangan lupa "Xavi baru", Arthur.
Mundur ke barisan pertahanan, tim besutan Valverde makin menjanjikan. Vermaelen dan Pique yang mulai uzur kini sudah punya pengganti sepadan. Umtiti kian matang, Yerri Mina makin moncer, plus kehadiran Lenglet. Benteng pertahanan yang mumpuni.
Adapun di bawah mistar gawang, Barcelona tidak perlu waswas. Ter-Stegen menjalani musim gemilang tahun lalu, walaupun kalah saing dari Oblak untuk menjadi kiper terbaik. Pelapisnya pun tidak kalah tokcer. Cillissen selalu siaga memberikan yang terbaik bagi klub.
Maka, alangkah mengecewakan apabila musim ini Barcelona kurang mengilap. Sungguhpun hasil akhir sepak bola selalu sulit diprediksi, dua klub di Kota Madrid serta Valencia dan Sevilla mesti ketar-ketir melihat skuat teranyar Barca.
Sepeninggal Ronaldo, ditambah pelatih baru, Real Madrid seakan-akan bergerak dalam senyap. Jikalau tidak menemukan pengganti Ronaldo yang sepadan, posisi Los Blancos musim ini barangkali tetap akan di bawah Barca dan Atletico.
Dominasi di La Liga bukan lagi target utama klub peraih lima gelar Liga Champions Eropa itu. Ada impian lebih besar yang ingin dicapai tahun ini, yakni merengkuh kembali Si Kuping Lebar supaya bertengger di etalase piala di Camp Nou. Dan, itu bukan sesuatu yang mudah diraih.
2. Setelah Xavi dan Iniesta Pergi
Kepergian Xavi mulai mengaburkan filosofi tiki-taka. Pemulangan Denis Suarez ternyata belum sekinclong harapan. Untunglah kini sudah ada Coutinho dan Arthur. Rakitic dan Gomes harus bekerja keras untuk mengisi slot sebelas starter andalan.
Meski demikian, lubang di lini tengah masih menganga. Alamat kreativitas serangan akan menurun tampak kentara tatkala Iniesta memutuskan hengkang. Rakitic dan Coutinho, ditambah Dembele dan Arthur, semoga bisa menjamin terjaganya kreatiivitas serangan.
Kehilangan Neymar juga menggerus daya gedor lini depan. Urusan merobek jala lawan pada musim lalu praktis hanya bertumpu pada Messi dan Suarez. Dembele baru beraksi pada akhir musim setelah dirundung cedera semenjak tiba di "lapangan baru" alias Camp Nou.
Gagal membujuk Griezmann dan merayu Willian merupakan tragedi saga transfer Barca pada musim ini. Griezmann bertahan di Atletico Madria, sedangkan Willian enggan meninggalkan Chelsea. Suka tidak suka, Malcom harus memenuhi ekspektasi penggemar.
Pemain berusia 21 tahun tersebut ditengarai merupakan perpaduan antara Neymar dan Willian. Ada juga yang mengidentikkannya dengan sang maestro, Lionel Messi. Walau begitu, Barcelona bukan Bordeaux. Malcom harus bekerja keras untuk menyingkirkan Dembele dan Alcacer.
Pada sisi lain, kepergian Xavi dan Iniesta justru membuka pintu bagi era baru Barcelona tanpa dua penyihir kreatif itu. Coutinho pasti terlecut untuk membuktikan bahwa harga dan kualitasnya sepadan. Hal sama berlaku pada Arthur dan Malcom. Begitu pula dengan Dembele.
Dengan atau tanpa Xavi dan Iniesta, Barca tetap mes que un club atau lebih dari sekadar klub.
3. Pembuktian Barisan Sakit Hati
Serdadu Barcelona memasuki musim baru dengan luka akibat Piala Dunia 2018 di Rusia. Tidak ada yang berpesta mengangkat piala selain Umtiti dan Dembele. Keduanya berhasil menapak tangga juara bersama timnas Prancis.
Messi, setelah kegagalan dan kekalahan menyakitkan di perdelapan final, kini berkonsentrasi penuh bagi prestasi klub. Meskipun baru memasuki usia ke-31, rasanya sudah kasip baginya untuk mengimpikan bermain atau juara di Piala Dunia 2022.
Suarez mengalami nasib serupa. Tidak berdaya melangkah ke babak final membuat penyerang asal Uruguay ini memusatkan fokus pada capaian klub. Musim lalu pundi-pundi golnya kalah jauh dibanding Messi, musim ini ia pasti ingin lebih.
Pique, Alba, dan Busquets pun sama. Mereka juga kandas di Rusia. Mereka juga merasakan perih dan pedih mengangkat koper lebih cepat. Mau tidak mau, semua kemampuan harus dikerahkan sepenuhnya bagi kegemilangan klub.
Coutinho sama saja. Takluk dan keok di Rusia walaupun ia bermain cemerlang bersama timnas Brasil. Gol indah dan gocekan mautnya tidak cukup mengantar negaranya hingga ke puncak. Sekarang tinggal beraksi sebaik mungkin bersama Blaugrana.
Tentulah Rakitic yang paling berduka. Sudah tiba di final, tinggal selangkah lagi menjadi juara, ternyata Kroasia ditekuk Prancis. Segala tenaga dan daya yang dicurahkan akhirnya hanya tiba pada tangga juara kedua. Jadilah Barcelona sebagai ajang pembuktian baginya.
Barcelona kini dipenuhi barisan sakit hati. Untung saja, Valverde sudah mengenali anak-anak asuhnya dengan baik. Nyaris tidak kalah sepanjang musim 2017/2018 adalah bukti sahih atas kemampuan Valverde membesut pasukan Los Cules.
Bagaimanapun, sakit hati dapat memacu adrenalin apabila digenjot dengan cara yang tepat. Sudahlah gagal bersama klub di Liga Champions Eropa, gagal pula di Piala Dunia 2018 bersama timnas. Begitulah. Musim 2018/2019 akan menjadi tahun pembuktian pasukan sakit hati.
Target terbaik adalah mengangkat Si Kuping Besar. Itu bukanlah target yang muluk-muluk. Barca bisa meraihnya. Dengan catatan, Valverde berhasil mendongkrak moral, memantik kegigihan, dan memadukan pesona dan karisma barisan penyihir Barcelona.Â
Selamat berkreasi duhai para penyihir Los Cules.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H