Sedikit ke belakang, jiwa petarung juga ada dalam diri Vida. Bek ini bagai petarung bebas yang kukuh menjaga benteng pertahanan. Pasangannya, Lovren, tidak kalah garang. Umpan silang yang jadi makanan empuk Kane mesti diantisipasi dengan baik oleh mereka. Dan, konsentrasi harus penuh hingga akhir laga.
Menyitir harapan Corluka, seperti dilansir FIFA.com, Kroasia berani bertarung. Kalau perlu, kerahkan seluruh upaya demi kemenangan. Pendek kata, habis-habisan. Seluruh penggawa harus padu sepanjang laga. Seperti keluarga, tutur Corluka. Laksana jemari dikepal, padu dalam satu tinju.
***
Alasan Keempat: Gairah Bermain
Tentu saja ketika laga dimulai nanti akan ada tekanan, namun kami saat ini benar-benar menikmati kehadiran kami di babak semifinal.
~ Mario Mandzukic, Penyerang Kroasia
Setiap memulai pertandingan, para pemain Kroasia laksana robot penuh tenaga dan kaya kreativitas. Tidak ada yang masuk ke lapangan dengan wajah bermuram durja atau mimik tertekan. Mereka bagai sekumpulan bocah yang tertawa riang mengejar layang-layang. Mereka bermain sepenuh hati, menikmati alir bola, dan meresapi kenikmatan dan kebahagiaan di lapangan.
Bermain tanpa beban, bermain tanpa tekanan.
Kami menikmati kehadiran kami di semifinal. Pernyataan Madzukic, yang dilansir Mirror, benar-benar sesuai kenyataan.
Lihatlah Subasic. Tiada jeri di wajahnya menghadapi Messi, Aguero, atau Di Maria. Kiper yang bersinar di AS Monaco itu berhasil menggagalkan empat tembakan penalti pada babak tos-tosan melawan Denmark dan Rusia di babak gugur. Lihatlah Ante Rebic. Tiada rasa takut membayang di matanya ketika berhadapan dengan bek-bek lawan yang tangguh.