Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Setelah Badai Pilkada Berlalu

2 Juli 2018   19:23 Diperbarui: 2 Juli 2018   20:02 1035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

~ Pepatah Makassar 

Belajar lebih arif. Inilah watak kita  yang hilang akibat pilkada. Turbulensi sebelum pilkada terus menyesaki hati dan memenuhi kepala. Kita lupa bahwa pesta demokrasi sudah berlalu. Kita lupa pada hakikat dan esensi pesta itu. Kita lupa bahwa tujuan utama pilih-memilih adalah demi adanya pemimpin.

Pesta sudah selesai, pemimpin telah terpilih.

Nahasnya, bara permusuhan belum padam. Kebencian masih mengalir di dalam urat di bawah permukaan kulit. Urat-urat kebencian itu sewaktu-waktu meregang dan menegang. Tersulut sedikit saja sudah pecah. Padahal, dewasa ini kita sangat mudah menyulut kebencian.

Jangan sampai pesta demokrasi, yang bertujuan luhur itu, justru diakhiri badai tikai tak henti-henti. Kalaupun pilkada kemarin tidak terpilih, tunggu saja lima tahun. Persiapkan diri dengan matang. Kemudian ikut bertarung lagi. Kalah dan menang soal biasa.

Jangan sampai gara-gara pilkada yang sesaat membuat kita sesat. Adik-kakak terus berselisih. Suami-istri terus pisah ranjang. Tetangga terus tak saling menyapa. Orang lain yang terpilih, kita yang bermusuhan. Orang lain dapat kursi, kita terima benci. Orang lain untung, kita malah buntung.

Pepatah Makassar mengingatkan kita terkait pilkada. Tassipangngalleang pepek, tassipannyungkeang pakkekbuk. Tidak saling membagi api, tidak saling membuka pintu. Apalagi kalau sampai saling menggali lubang dan menjorongkan orang lain. Jangan sampai hal sedemikian menimpa kita.

Celakalah kita apabila gara-gara pilkada lantas hubungan keluarga terputus. 

***

Ammempo sipitangarri, ammenteng sipakalakbirik.

~ Pepatah Makassar 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun