4. Maka, rindu pun badailah. [penanda mulainya rindu yang badai]
Pun pada siapa pun berarti saja. Dengan demikian, penulisannya terpisah. Kalaupun susah menghafal 12 kata dengan partikel pun yang digabung, tinggal mencari tahu makna pun dalam kalimat. Andaipun masih sulit, ya, terima nasib saja. Hehehe....
Bagaimana dengan apa pun? Sama, pisahkan karena keduanya bukan muhrim. Ups, maksud saya, bukan kata penghubung. Kalau kapan pun? Sama, pisahkan juga. Nanti mereka berkelahi kalau tidak dicerai atau dilerai.Â
Contoh lain:
1. Jangankan makan, minum pun sudah tak mampu. [minum = kata kerja]
2. Kamu pun tahu betapa sakit dicecar curiga. [kamu = kata ganti]
3. Bukan hanya merah, putih pun ia suka. [putih = kata sifat]
4. Kantor pun sepi. [kantor = kata benda]
Bertolak dari keempat contoh di atas, kita bisa mengetahui bahwa pun selaku kata yang mandiri lumrah mengikuti kata kerja, kata ganti, kata sifat, dan kata benda. Sangat sederhana kaidahnya. Sangat mudah.
Dengan demikian, jelaslah bahwa tidak semua partikel pun digabung atau dirangkai dengan kata yang diikutinya. Persis seperti cinta yang tidak selamanya bersatu. Bahkan yang sudah bersatu saja kadang masih harus berpisah. Entah karena pekerjaan, entah karena acara dadakan.
Begitu pun dengan partikel pun.