Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Islandia Senang Jomlo Tenang

17 Juni 2018   01:49 Diperbarui: 17 Juni 2018   03:28 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

~ Reza, seorang jomlo kreatif yang belum berkeluarga

Hanya saja, serangan bagi jomlo tidak hanya muncul dari sahabat dan keluarga yang mendadak terjangkit Virus Kepo. Serangan tak kalah memedihkan dan menyedihkan muncul dari dunia virtual. Muncul lewat WA atau media sosial. Tetapi, maaf, kita kembali pada kejutan yang menimpa Tim Tango. 

Kedua, wasit dan teknologi yang tidak memihak kepada Tim Tango. Wasit memang tidak boleh memihak pada tim yang tengah berlaga. Wasit harus netral supaya adil. Kalaupun wasit keliru, itu lumrah. Yang patut disyukuri sekarang adalah penggunaan teknologi.  

Sekarang kita tilik dua peristiwa kontroversial yang rentan diperdebatkan. 

Pada babak pertama, bola menyentuh tangan saat bek Islandia terjatuh mengadang bola. Posisi tangan aktif. Namun, wasit punya pertimbangan tersendiri. Pada babak kedua, sontekan Di Maria mengenai, lagi-lagi, tangan pemain bertahan Islandia. Kali ini posisi tangan tidak aktif. Sayang, wasit tetap punya pertimbangan untuk tidak memberikan hadiah penalti.

Pemain bisa saja mengoceh di depan wasit, menggerutukan apa saja, memprotes keputusan yang disangka keliru, bahkan meminta wasit menggunakan VAR, namun kuasa keputusan mutlak milik wasit. Tugas pemain sederhana, bermain sebaik-baiknya dan harus menerima keputusan wasit. Semenyedihkan apa pun.

Jomlo yang kreatif maupun yang kurang kreatif juga begitu. Bahwa jomlo adalah pilihan, itu ada benarnya. Hanya saja, kuasa penentuan jodoh bukan berada di tangan kita. Itu mutlak wilayah kuasa Tuhan. Persis serahasia di rahim siapa kita akan dikandung, kapan dan di mana kita dilahirkan, serta seberapa lama kesempatan hidup kita miliki.

Barangkali pernah satu ketika seorang jomlo, seperti Reza si Jomlo Kreatif tadi, pernah jatuh cinta. Malahan ada yang sempat menjalin hubungan, tetapi takdir berkehendak lain. Alih-alih bersanding di pelaminan, cinta berujung pada perpisahan. Boleh saja memprotes Tuhan, tetapi sebatas doa atau keluhan atau aduan. Cukup sebegitu. Sia-sia juga kita pasang tagar #2019GantiTuhan di media sosial, kan?

Memang Tuhan Mahakaya, tetapi Tuhan tidak punya Instagram atau Twitter.

Jadi santai saja menghadapi serbuan poster Lebaran. Poster permintaan maaf yang dibubuhi nama dan diikuti embel-embel bersama keluarga. Embel-embel yang serumpun dengan pertanyaan kapan kawin atau dengan siapa kamu datang. Embel-embel yang secara tersirat bisa dimaknai: Kapan kamu punya keluarga?

Dan, sila gulirkan layar gawai ke atas untuk membaca jawaban Reza. Atau, biar tidak repot, saya tulis ulang di sini. Mohon maaf lahir dan batin, mohon sayang lahir dan batin. Reza, yang belum berkeluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun