Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Tami, Lebaran, dan Kata yang Keliru

15 Juni 2018   05:33 Diperbarui: 11 Oktober 2018   19:01 3402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://www.risalahislam.com

Mohon maaf lahir dan batin.

Seketika ia masam-mesem. Penulisan Idul Fitri  dalam bahasa Indonesia memang selalu jadi perdebatan setiap tahun. Tiada henti, terus begitu. Ia teringat soal salah kaprah yang sering ia obrolkan dengan Remba. Banyak orang mengira penulisan Idulfitri itu dipisah, bukan digabung, hingga orang-orang menyangka penulisan dipisahlah yang tepat. Padahal, bukan. 

Tami manggut-manggut. Ia bersyukur karena sekarang tidak mesti repot-repot membuka kamus jika ada kata yang menggelitik pikirannya. Tinggal menyalakan gawai, KBBI Daring dalam genggaman. Kehadiran media sosial juga sangat membantu. Ia makmun setia dari akun @ivanlanin, @1bichara, dan @badanbahasa di Twitter. 

Ketiga akun tersebut, ditambah kehadiran Remba selaku kamus berjalan baginya, jadi pengaya kosakata dan wawasan kata. Dari ketiga akun itu pula ia tahu mengapa Idulfitri ditulis serangkai. 

Idulfitri diserap dari bahasa Arab. Dari dua kata, yakni id dan alfitri. Kata id bukanlah kata mandiri atau kata yang bisa berdiri sendiri. Barulah berarti apabila kata alfitri atau aladha mengikutinya. Karena ketidakmandirian itulah maka ditulis serangkai.

Kata id persis aku yang tidak mau dan tidak mampu hidup sendiri. Tanpa kamu, aku bukan siapa-siapa. Kehadiranmu, bagiku, laksana kehadiran kata alfitri dan aladha bagi kata id.

Supaya kata id berarti atau bermakna maka penulisannya digabung dengan alfitri atau aladha. Hasilnya, Idulfitri atau Iduladha. Supaya hidupku berarti maka aku harus meleburkan egoku ke dalam egomu. Aku dan kamu menghasilkan kita, dua yang satu.

Tami masih menyimpan rapi pesan Remba tentang penulisan Idulfitri. Ia suka pesan itu. Ringkas dan padat. Bukan sekadar mengurai asal usul dan makna kata, melainkan sekaligus mendedah makna penyatuan aku dan kau--menjadi kita. Uraian yang ringan, tetapi sarat makna. Dan, rindunya kepada Remba seketika membuncah.

Ia merasa ada sesuatu yang berderak di dadanya. Ia merasa rindu bergerak di pembuluh darahnya. Ia merasa harus menjelaskan sesuatu kepada sahabatnya. Tebersit niat usil di benaknya. Segera ia balas pesan Echa.

Menurut KBBI disatukan. Jadi Idulfitri, bukan Idul Fitri.

Seperti cinta, kalau sudah menyatu jangan sering-sering berpisah. Nanti benar-benar terpisah. Ingat, kembali bersatu itu peliknya bukan main.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun