Ternyata mataku yang memasuki matamu, mengubur cemasmu, dan menaklukkan kepedihanmu. Kutemukan hutan air mata yang lebat dan lekat. Kurasakan kesedihanku pekat dan penat. Kuselipkan kesunyian pada kepedihanmu.Â
Matamu ialah kota tua yang ditinggalkan dan dilupakan penghuninya. Kutemukan air di matamu, dan  kukira itu bukan air mata kesedihan. Kudengar bunyi sunyi di matamu, tetapi kukira bukan sunyi yang mematikan. Mataku kini sunyi yang berkali-kali menabuh luka. Persis seperti mata rakyat yang berhari-hari menanti politisi memenuhi janji.
Tentang Penjara yang Mengesalkan dan Mengesankan
Cinta ternyata memang bukan pekerjaan mudah, tetapi akan mudah jika kamu memilihku.
Ketika kamu jatuh cinta, sesungguhnya kamu sedang memasuki sebuah penjara.
Namun, kemalanganmu belum berhenti di sana. Saat kamu memilih siapa yang kaucintai, sesungguhnya kamu sudah memutuskan untuk menetap di dalam penjara cinta dalam masa tak menentu, sepanjang kamu masih suka berada di dalamnya. Tetapi, jangan cemas. Cinta adalah penjara yang tenang dan menenangkan.
Pada sebuah jalinan cinta, kamu harus belajar menahan diri. Ya. Menahan diri dari perkataan yang dapat menyakiti perasaan pasangan. Menahan diri dari tindakan yang dapat memicu pertengkaran. Bahkan menahan diri untuk menjadi diri sendiri.
Kau juga harus mau dan mampu menguasai ilmu memahami. Ya. Memahami perasaan, pikiran, dan harapan orang yang kaucintai. Itu tidak mudah, karena kamu mesti dengan senang hati menahan diri dari perasaan, pikiran, dan segala harapanmu.
Yang menyenangkan dalam penjara perasaan itu adalah kamu tidak sendirian. Kamu akan berada di sana bersamaku. Ya, bersamaku.
Tentang Pulau Cinta yang Ada KitaÂ
Cinta ternyata memang bukan pekerjaan mudah. Tetapi, tak ada yang akan memelukmu melebihi kehangatan cinta.