Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat. Roasters Giveaway 2024. Hubungi: 081337701262.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Citra Diri Seseorang Ditentukan Banyak Faktor

13 Agustus 2023   19:40 Diperbarui: 13 Agustus 2023   22:36 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dasar penghormatan terhadap orang tua kita adalah ajaran dalam norma agama yaitu Perintah Allah ke-4: Hormatilah ayah dan ibumu. Peintah Allah ini ditemukan dalam Kitab Keluaran 20:12. Dari perintah inilah muncul kewajiban menghormati orang yang lebih tua dari kita dan ini dimulai dari dalam keluarga: adik terhadap kakak dan sebagainya. Norma-norma sosial berikut: seperti norma adat dan hukum serta sopan-santun menyesuaikan diri dengan norma agama ini.Dalam praksisinya penghormatan terhadap orang tua juga berlaku bagi penghormatan terhadap guru.

Sebagai guru saya merasa bahwa sering peraturan sekolah membingungkan bukan hanya dialami siswa tetapi juga dialami oleh guru dan pegawai. Karena faktor suka atau tidak sukai masih berperanan. Jika orang itu disukai maka dia diterima. Citra diri seseorang amat menentukan keberhasilan dalam pekerjaan kita. Citra juga ditentukan oleh masyarakat kita. 

Tetapi sebagai seorang pribadi lakukanlah hal-hal yang membuat orang-orang di tempat kerja anda menyukai anda. Singkatnya usahakan agar citra diri anda tetap positif sehingga anda tetap disukai di tempat kerja.

Pentingnya Citra Diri Pribadi dan Kelompok

Sejauh ini di sekolah-sekolah di mana saya mengabdi di Atambua belum melakukan ageisme. Kami semua bekerja wajar-wajar saja. Kepala sekolah kami di SMA Suria Atambua Romo Drs. Benyamin Seran Pr MA saat ini sudah menginjak usia lebih dari 63 tahun tetapi beliau masih menjabat Kepsek. Hal itu semata-mata berdasarkan pertimbangan penghormatan kepada beliau. Beliau adalah Kepsek yang bijaksana dan punya banyak pengalaman kerja.

Faktor kesukaan terhadap Romo Min (sapaan akrab Romo Benyamin Seran) adalah citra dirinya sebagai seorang imam Katolik sangat positif selama menjabat Kepsek. Selain citra diri juga citra kelompoknya sebagai salah satu imam Katolik Projo Keuskupan Atambua juga sangat positif. Seorang imam katolik punya status social tinggi di masyarakat kami sehingga sangat dihormati dalam masyarakat.

Hal ini yang membuat beliau tetap menjabat Kepsek SMA Suria Atambua hampir selama 25  tahun sampai sekarang. Beliau merupakan Kepsek terlama dalam sejarah SMASuria Atambua.

Makin senior seorang guru sebenarnya harus semakin dia disukai. Hal itu tergantung dari sifat-sifat dan tindakannya saja apakah disukai atau tidak disukai. Oleh karena hampir 25 tahun menjadi Kepsek SMA Suria Atambua maka saya berpendapat bahwa beliau melakukan tindakan yang membuat banyak orang suka.

Mengapa guru yang berumur di bawah 60 tahun yang sama-sama sebagai staf guru di SMA Suria Atambua tidak menjadi Kepala SMA Suria Atambua? Bukan karena ageisme tetapi faktor suka atau tidak suka saja. Seorang yang makin tua makin bijaksana dalam mengatur segala hal di sekolah yang disukai banyak orang. Bukan hanya karena dia punya banyak pengalaman tetapi adalah faktor bahwa beliau disukai banyak orang saja.

Para guru yang masih muda usia juga tetap menyukai beliau. Jadi oleh karena Romo Benyamin Seran melakukan banyak hal yang orang semua orang suka maka beliau tetap dipertahankan sebagai Kepsek SMA Suria Atambua dan masa jabatannya hampir mencapat 25 tahun.

Sesuai Masa Kerja

Semua  lembaga sekolah di Prov. NTT telah sebaik mungkin membagai tugas sesuai dengan tingkatan umur para guru dan tenaga kependidikan. Misalnya guru-guru senior tidak boleh lagi menduduki posisi sebagai guru honor . Sedangkan posisi  Guru Tidak Tetap (GTT) boleh dijabat oleh semua guru dalam jenjang umur mulai dari junor hingga guru senior. Sebab Guru Tidak Tetap (GTT) biasanya dijabat oleh Guru yang merangkap tugas mengajar pada beberapa sekolah. Biasanya GTT di sebuah sekolah juga merupakan Guru Tetap di suatu sekolah asalnya entah Sekolah Negeri maupun Sekolah Swasta.

Sedangkan Guru Honor dijabat oleh guru junior saja yaitu guru yang baru tamat pendidikan. Biasanya Guru yang sudah memasuki masa senior tidak lagi diperbolehkan mengajar sebagai guru honor. Mereka boleh mengajukan diri menjadi Guru Tetap Yayasan (GTY) atau guru P3K jika belum PNS.

Jadi yang terjadi di sekolah bukan ageisme tetap pembagian tugas dengan mengingat masa jabatan. Makin tinggi masa kerja guru maka posisi guru itu semakin baik dalam jabatannya. Hal ini mengingat masa jabatan mempengaruhi besarnya gaji. Juga masa jabatan mempengaruhi Golongan atau pangkat. Sehingga guru senior berhak untuk diangkat dalam jabatan tertentu di sekolah karena tuntutan pemerintah mengatur demikian.  

Tetapi lebih dari itu adalah faktor kesukaan saja. Oleh sebab itu sebagai guru kita harus menjaga diri agar tetap disukai banyak orang agar kita memiliki posisi yang bagus di sekolah.

Kesimpulan

Dasar penghormatan terhadap orang yang berumur di atas kita adalah perintah Allah ke-4. Orang yang berumur tua mendapatkan penghormatan dari yang berumur di bawah. Tetapi dalam prakteknya faktor kesukaan karena citra diri dan citra kelompoknya yang sangat positif amat menentukan. Citra diri ditentukan oleh banyak faktor seperti: norma-norma (agama-adat-hukum-kesopanan-dll) dan tingkat pendidikan serta faktor keturunan. Juga cita diri ditentukan oleh status social/jabatan dan juga jumlah kekayaan.

Tingkat pendidikan tinggi punya citra diri yang lebih postif dari tingkat pendidikan rendah. Dalam masyarakat tradisional keturunan raja punya citra diri lebih baik dari rakyat jelata. Dalam masyarakat beragama (seperti Katolik) Imam katolik punya citra diri lebih baik dari awam/umat. Dalam masyarakat ekonomi orang kaya punya citra diri lebih positif dari orang miskin.

Citra diri  juga dibentuk  oleh kedua orang tua atau leluhur kita. Sejarah keluarga membentuk citra diri. Citra diri kita saat ini juga amat menentukan orang respek atau suka dengan diri sendiri. Tetapi sering citra diri diusahakan oleh diri sendiri.

Jika citra diri ditentukan oleh diri sendiri maka bacalah banyak buku untuk menemukan cara orang menyukai anda dan juga bertindaklah sedemikian sehingga orang-orang menyukai anda!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun