Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat.Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Teori Politik Aristoteles dan 6 Tindakan Kontroversial Presiden Joko Widodo

5 September 2021   15:18 Diperbarui: 5 September 2021   18:51 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Massa aksi menolak Omnibus Law di Kawasan Monas, Jakarta, Selasa (13/10/2020). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan 

Meskipun demikian, cela bagi revolusi rakyat tidak mungkin terjadi karena masa jabatan Presiden sudah dibatasi dan banyak orang telah mengemukakan pendapatnya dengan bebas di internet. Dalam hal ini, argumen tentang keadilan s0sial amat diperlukan dan menjadi inti dari revolusi.

Ketimpangan sosial yang terjadi dalam kehidupan negara adalah salah satu penyebab revolusi. Para warga ingin mencapai kesetaraan dalam berbagai hal termasuk dalam jabatan. Revolusi terjadi jika negara dikuasai oleh ketidakadilan atau ketidaksetaraan.

Jika para pejabat negara berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang tidak sah dengan mengorbankan individu atau masyarakat maka revolusi akan terjadi. Korupsi menyebabkan kerugian negara yang tidak layak dan menciptakan suasana ketidakpuasan dalam masyarakat.

Selain itu adalah hebatnya pemunculan kolusi dan nepotisme. Hanya karena hubungan keluarga, banyak orang menerima kehormatan dan jabatan yang tidak pantas mereka terima. Dengan memanfaatkan cela kecil kesalahan pemerintah, para pejabat negara menjadi angkuh dan mabuk kekuasaan, serta tidak mempedulikan masalah rakyat yang sebenarnya.

Korupsi, kolusi dan nepotisme dapat menyebabkan kesenjangan sosial, terutama kesenjangan sosial antara negara dan rakyat. Seiring waktu, keluhan masyarakat terhadap pejabat korup mengarah pada revolusi bisa meningkat.

Pemilu Dapat Dimanipulasi

Pemilu dapat dimanipulasi. Pemilu memiliki manuver utama untuk membungkam ketidakadilan politik. Manuver Pemilu sangat mengganggu kepercayaan masyarakat terhadap proses konstitusional. Nyatanya, ketika mereka berhasil mencapai kekuasaan, para penguasa itu mencegah Konstitusi bekerja secara efisien. Dalam zaman internet ini, manipulasi Pemilu adalah kejahatan yang bisa menggagalkan opini publik. Manipulasi Pemilu malahan tidak hanya menggagalkan opini publik, tetapi juga menghancurkan kebajikan dan kehidupan yang baik, dan menciptakan masalah sosial baru seperti korupsi, suap, nepotisme, pilih kasih dan sejenisnya.

Seorang negarawan tidak boleh mengabaikan aspek kecil dalam pemerintahan. Ketika keputusan dibuat dengan tergesa-gesa tanpa mempertimbangkan implikasinya, tindakan seperti itu kemungkinan akan menyebabkan kegemparan. Karena alasan inilah; Aristoteles menjelaskan bahwa seluruh sistem negara perlu dirombak hanya jika kesalahan kecil diabaikan.

Jalan Keluar Menurut Aristoteles 

Untuk mencegah revolusi rakyat, Aristoteles meminta agar para penguasa  percaya pada pepatah dasar: Mencegah lebih baik daripada mengobati. Aristoteles ingin agar para penguasa mematuhi hukum sampai hal-hal terkecil. Pemerintah tidak boleh menanggap remeh rakyat. Jika rakyat diremehkan maka cepat atau lambat mereka akan meledak dengan ledakan tiba-tiba yang bisa mengejutkan para penguasa.

Dalam bukunya Politik, Aristoteles juga menyatakan bahwa mereka yang berkuasa harus melakukan due diligence kepada semua individu di bidangnya. Penguasa tidak boleh membeda-bedakan antara aparat dan rakyat jelata, antara yang memerintah dan yang tidak memerintah dan sejenisnya. Prinsip kesetaraan dalam demokrasi harus dipatuhi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun