Pada masa Renaissance (1500-1650) di Eropa, kesenian dan ilmu pengetahuan berkembang dengan warna kebudayaan Yunani-Romawi kuno ditonjolkan sebagai kebudayaan ideal. Zaman renaissance disebut zaman kelahiran kembali atau zaman humanisme.Â
   Setelah masa renaissance, kesenian berkembang pesat pada zaman rasionalisme di Eropa 1650-1800. Dalam zaman rasionalisme, ilmu pengetahuan berkembang dengan semangat penggunaan ekslusif daya akal budi. Renaissance dan rasionalisme mewarnai perkembangan awal pendidikan di Hindia Belanda.
   Para tamatan banyak lembaga pendidikan baik puteri maupun puteri telah menjadi pioner-pioner kebangkitan dan pertumbuhan kesenian hingga ke daerah-daerah. Kesenian secara intensif lebih berkembang dalam lingkungan kerohanian mulai abad XV Masehi. Liturgi rohani memakai kesenian karya para seniman hasil didikan tokoh-tokoh rohani agama. Kesenian rohani karya para seniman misi maupun autodidak berwujud seni musik, suara, rupa, tari, sastera dan drama.
   Sejak abad 15, pusat-pusat kegiatan kerohanian mengembangkan lembaga-lembaga pendidikan sebagai pusat-pusat bimbingan dan pengembangan kesenian. Melalui sekolah-sekolah, masyarakat diperkenalkan dengan gagasan-gagasan baru seperti: prinsip-prinsip kelimiahan, sistem pendidikan formal, serta bentuk-bentuk kesenian Eropa. Ragam baru musik yang diperkenalkan ialah toneel atau musik diatonik.
   Dalam zaman Indonesia merdeka, ekspresi seni para seniman rakyat dari berbagai suku bangsa dikembangkan dan disebarluaskan  dalam konteks rohani di lingkungan agama, keluarga dan pemerintah sebagai hiburan.Seni pertunjukkan etnografis memerankan fungsi-fungsi religius, integrasi sosial, penghormatan/penyambutan, edukatif dan hiburan.
   Fungsi penikmatan estetik kesenian dilakukan setelah fungsi rohani. Kesenian etnisitas kadang-kadang meneguhkan struktur dan integrasi sosial sehingga berlaku baik dalam dan luar lingkungan kraton, bermula di Jawa, kemudian merambat di seluruh Hindia Belanda. Karya-karya seni rupa, musik dan seni pertunjukkan dibuat sebagai sumber penghasilan ekonomi.
Musik Liturgi Pasca 1950
   Tradisi pendidikan di Indonesia mengikuti perkembangan aliran filsafat di Eropa barat. Oleh sebab itu pusat-pusat kerohanian di Indonesia dipengaruhi ritus barat. Musik rohani di Indonesia berkembang pesat setelah pengakuan kedaulatan NKRI oleh Belanda pada tahun 1950.
   Bentuk-bentuk seni pertunjukkan yang berlaku dalam lingkungan agama, yakni: seni tari, seni lukis/gambar, seni tenunan, seni musik, seni suara dan seni sastera. Banyak karya seni rohani seperti gambar dan patung rohani merupakan wujud karya seni yang mengacu pada karya sastra atau isi Kitab Suci dan kisah-kisah para tokoh agama sebagai sumbernya.
   Karya sastra sering dilihat dalam arti luas, meliputi baik karya sastra tertulis maupun karya sastra lisan. Gambar-gambar, patung dan relief dapat dianalisis kemungkinan sumber, baik dari teks Kitab Suci, sastera mainstream atau standar maupun sastra pinggiran (vernacular).
   Karya-karya seni rohani digunakan dalam berbagai upacara keagamaan, misalnya: untuk upacara jalan salib. Gambar-gambar jalan salib menceriterakan lakon Yesus ditangkap, diadili, disiksa dan disalibkan sesuai teks-teks Injil, demikian pun gambar-gambar penantian dan kebangkitan Kristus.