Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tinjauan Sejarah Konten-Konten Seni Rohani di Nusa Tenggara

16 September 2020   03:17 Diperbarui: 16 September 2020   07:32 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Festival paduan suara Indonesia-Timor Leste di Motaian tahun 2019. (Foto: Istimewa).

Sejauh keterlibatanku dalam pendampingan para generasi muda untuk  koor rohani katolik di gereja, saya banyak berurusan dengan teks-teks nyanyian liturgi gereja. 

eks-teks lagu liturgi pada awalnya diambil dari teks-teks lagu bahasa latin dari liturgi gereja barat. Seiring waktu, teks-teks lagu digubah dari kekayaan khasanah budaya daerah setempat. Hanya saja warna lagu liturgi gereja barat masih tetap terasa dominan sampai hari ini.

Konten-konten rohani dalam liturgi gereja memiliki sejarah panjang. Wilayah eks Hindia Belanda terdiri atas gabungan wilayah Sunda kecil dengan wilayah Sunda besar.

Nusa Tenggara adalah bagian dari wilayah Sunda Kecil menurut peta kolonial sebelum tahun 1945. Bentuk-bentuk ilmiah kesenian di Indonesia diajarkan sejak zaman kolonial.

Saat itu, sekolah-sekolah memproduksi banyak seniman berkualitas secara nasional dan daerah-daerah dengan warna etnisitas. Pasca Indonesia merdeka, para seniman didikan kolonial ini menjadi pendobrak penting perkembangan kesenian rohani hingga ke desa-desa.

Koor misa oleh para pelajar SMA di gereja katedral Atambua. (Foto: Istimewa).
Koor misa oleh para pelajar SMA di gereja katedral Atambua. (Foto: Istimewa).

Tradisi Kesenian

Sistem pendidikan modern di Indonesia mewarisi beberapa tradisi, yaitu: tradisi Yunani-Romawi kuno, tradisi kristen dan Islam dan tradisi modern. Para tamatan banyak lembaga pendidikan misi baik puteri maupun puteri telah menjadi pioner-pioner kebangkitan kesenian di Indonesia.

Kesenian berkembang dalam lingkungan agama dan keraton. Liturgi agama-agama memakai berbagai produk kesenian hasil pendidikan modern. Kesenian rohani dalam lingkungan agama berupa: seni musik, suara, rupa tari, sastera dan drama.

Kesenian Masa Yunani-Romawi Kuno

Selama dalam zaman Yunani-Romawi kuno (VI SM-V M), kesenian berkembang pesat. Pada masa filsuf Protogoras hidup, kesenian disebut Hephaetos. Protogoras ialah salah satu filsuf Yunani kuno yang sangat mengagungkan kemampuan manusia untuk menciptakan kebudayaan     Kebudayaan.

Bangsa Minoa di Pulau Kreta mendirikan imperium Kebudayaan Yunani kuno yang berlangsung 16 abad (3000-1450 SM). Bangsa Minoa ialah bangsa pedagang yang menguasai jalur laut Aegia dan laut tengah sebelah timur. Mereka menduduki istana Cnossus.

Pada 1450 SM bangsa Mycenaea berhasil memperluas kekuasaan ke Aegia, Anatolia (Turki), Syprus dan Mesir. Lalu kebudayaan Mycenaea menyebar ke seluruh daratan Yunani dan laut Aegia.  

Polis tumbuh pada abad 5 SM yakni kota kecil dengan desa di sekitarnya. Di dalam Polis, hidup penduduk dengan perumahan yang homogen. Polis dikelilingi oleh tembok dan memiliki tempat berbukit di tengah kota yang disebut acropolis, alun-alun di tengah kota, pasar terbuka (agora). Di acropolis terdapat kuil, altar, monumen,  dan berbagai peralatan untuk menyembah dewa. Dua polis yang terkenal ialah polis Sparta (negara kota terkuat di Yunani) dan polis Athena. Sparta ialah negara kota militer, sedangkan polis Athena ialah negara kota demokratis.

Para filsuf Sofisme berpendapat bahwa dengan akalnya manusia bisa menciptakan dan mengerti tentang kesenian. Lambang religius pada zaman Sofisme di Yunani kuno berupa patung seni rupa Yunani kuno yang menggambarkan Zeus (dewa terang) berdamai dengan Moira (dewa gelap).

Untuk menghormati dewa Zeus dibuat festival Olympus dan berbagai permainan olah raga di kota Olympus, Yunani. Festival Olympus dilakukan 4 tahun sekali. Pesertanya dari polis-polis di Yunani. Filsuf Yunani kuno terkenal ialah Thales (640-546 SM), Heraclitus (500 SM), Pythagoras (590 SM),   Democritus (460 SM), Hippocrates (5 SM), Socrates (469 SM-399 SM), Plato dan Aristoteles.

Karya-karya tulis Plato (427-347 SM) yang paling terkenal ialah Phaidoon, Symposion, Phaidros, Politei dan Nomoi. Karya-karya Aristoteles (384-322 SM) ialah Logika, Phisika, Metaphisika, Etika Nikomacheia dan Politika (8 buku).

Selain kedua filsuf itu terdapat antara lain: Thukidides (5 SM) menulis buku berjudul Epitaphios yang menyatakan bahwa manusia bebas mengembangkan bakat, kecakapan, disposisi moral, keberanian dan keuletan.  Homeros menulis buku berjudul Teogoni. Dalam buku itu, dia menceriterakan tentang terjadinya dunia.

Seni pertunjukkan semakin berkembang pada zaman Romawi kuno karena orang Romawi kuno adalah bangsa yang memiliki dinamisme, aktivitas dan vitalitas tinggi. Pada zaman Romawi kuno muncul banyak arsitek Yunani kuno membangun kota Romawi menjadi kota dengan berbagai gedung megah.

Orang-orang Romawi kuno membangun banyak kuil dekat benteng di bukit kapitol untuk menghormati dewa Jupiter, Mars dan Quirinus. Pada zaman Romawi, Jupiter dihormati sebagai dewa tertinggi. UU Roma mulai ditetapkan dan berlaku mulai tahun 450 SM.

Orang-orang Romawi kuno berpandangan bahwa politik adalah kesenian dan ketangkasan untuk mencapai segalanya. Sistem sastera, kesenian dan arsitektur bangsa Romawi kuno dipengaruhi oleh bangsa Yunani. Pengalihan kebudayaan Yunani ini berlangsung lama. 

Dalam sajak-sajak Lucretius dan Katullus ditemukan gaya, jiwa dan semangat Yunani. Cicero adalah sastrawan Romawi kuno yang terkenal. Dalam karya-karya sasteranya, Cicero menggabungkan roh Yunani kuno dan roh Romawi kuno. Tetapi Cicero lebih membuat roh Yunani berakar kuat di Roma.

Seni arsitektur Romawi kuno terkenal dengan pengggunaan teknik beton dan lengkung bundar. Para filsuf terkenal pada masa Romawi kuno ialah aliran Stoaisme, Seneca (4 SM-65 SM), Virgil (79-19 SM), Horacius (68-8 SM), dramawan Rerencius dan Plantus, Kaisar Marcus Aurelius ((121-180 SM), Cicero (106-143 SM) dan ahli obat Hellenis: Galen (131-201 SM). Pengaruh Romawi kuno terhadap hukum berupa ius gentium yang termasuk Codex Iustinianus pada abad VI M, Kode Napoleon dan Hukum Kanon Gereja Katolik.

Kebudayaan Romawi-Yunani kuno berkembang pada masa kaisar Augustus. Sedangkan Kaisar Adrianus adalah pemuja kebudayaan Yunani kuno sehingga dengan sendirinya ia mengembangkan kebudayaan Yunani kuno di Roma.

Kesenian Masa Renaissance

     Pada masa Renaissance (1500-1650) di Eropa, kesenian dan ilmu pengetahuan berkembang dengan warna kebudayaan Yunani-Romawi kuno ditonjolkan sebagai kebudayaan ideal. Zaman renaissance disebut zaman kelahiran kembali atau zaman humanisme. 

     Setelah masa renaissance, kesenian berkembang pesat pada zaman rasionalisme di Eropa 1650-1800. Dalam zaman rasionalisme, ilmu pengetahuan berkembang dengan semangat penggunaan ekslusif daya akal budi. Renaissance dan rasionalisme mewarnai perkembangan awal pendidikan di Hindia Belanda.

     Para tamatan banyak lembaga pendidikan baik puteri maupun puteri telah menjadi pioner-pioner kebangkitan dan pertumbuhan kesenian hingga ke daerah-daerah. Kesenian secara intensif lebih berkembang dalam lingkungan kerohanian mulai abad XV Masehi. Liturgi rohani memakai kesenian karya para seniman hasil didikan tokoh-tokoh rohani agama. Kesenian rohani karya para seniman misi maupun autodidak berwujud seni musik, suara, rupa, tari, sastera dan drama.

     Sejak abad 15, pusat-pusat kegiatan kerohanian mengembangkan lembaga-lembaga pendidikan sebagai pusat-pusat bimbingan dan pengembangan kesenian. Melalui sekolah-sekolah, masyarakat diperkenalkan dengan gagasan-gagasan baru seperti: prinsip-prinsip kelimiahan, sistem pendidikan formal, serta bentuk-bentuk kesenian Eropa. Ragam baru musik yang diperkenalkan ialah toneel atau musik diatonik.

     Dalam zaman Indonesia merdeka, ekspresi seni para seniman rakyat dari berbagai suku bangsa dikembangkan dan disebarluaskan  dalam konteks rohani di lingkungan agama, keluarga dan pemerintah sebagai hiburan.Seni pertunjukkan etnografis memerankan fungsi-fungsi religius, integrasi sosial, penghormatan/penyambutan, edukatif dan hiburan.

     Fungsi penikmatan estetik kesenian dilakukan setelah fungsi rohani. Kesenian etnisitas kadang-kadang meneguhkan struktur dan integrasi sosial sehingga berlaku baik dalam dan luar lingkungan kraton, bermula di Jawa, kemudian merambat di seluruh Hindia Belanda. Karya-karya seni rupa, musik dan seni pertunjukkan dibuat sebagai sumber penghasilan ekonomi.

Rumah adat di Belu, banyak lagu liturgi katolik gereja digubah dari tradisi budaya setempat. (Foto: Istimewa)..
Rumah adat di Belu, banyak lagu liturgi katolik gereja digubah dari tradisi budaya setempat. (Foto: Istimewa)..

Musik Liturgi Pasca 1950

     Tradisi pendidikan di Indonesia mengikuti perkembangan aliran filsafat di Eropa barat. Oleh sebab itu pusat-pusat kerohanian di Indonesia dipengaruhi ritus barat. Musik rohani di Indonesia berkembang pesat setelah pengakuan kedaulatan NKRI oleh Belanda pada tahun 1950.

     Bentuk-bentuk seni pertunjukkan yang berlaku dalam lingkungan agama, yakni: seni tari, seni lukis/gambar, seni tenunan, seni musik, seni suara dan seni sastera. Banyak karya seni rohani seperti gambar dan patung rohani merupakan wujud karya seni yang mengacu pada karya sastra atau isi Kitab Suci dan kisah-kisah para tokoh agama sebagai sumbernya.

     Karya sastra sering dilihat dalam arti luas, meliputi baik karya sastra tertulis maupun karya sastra lisan. Gambar-gambar, patung dan relief dapat dianalisis kemungkinan sumber, baik dari teks Kitab Suci, sastera mainstream atau standar maupun sastra pinggiran (vernacular).

     Karya-karya seni rohani digunakan dalam berbagai upacara keagamaan, misalnya: untuk upacara jalan salib. Gambar-gambar jalan salib menceriterakan lakon Yesus ditangkap, diadili, disiksa dan disalibkan sesuai teks-teks Injil, demikian pun gambar-gambar penantian dan kebangkitan Kristus.

Suasana ibadah katolik di gereja Palasari Bali. (Foto: Istimewa).
Suasana ibadah katolik di gereja Palasari Bali. (Foto: Istimewa).
     Patung-patung rohani baik dalam rumah ibadah maupun di gua-gua menggambarkan salah satu lakon dalam ajaran rohani yang sudah tertulis dalam teks-teks Kitab Suci atau kisah-kisah para tokoh rohani dalam buku.

     Teks-teks Kitab Suci dan buku-buku rohani banyak menceriterakan kisah-kisah dan ajaran suci lengkap dengan busana yang dikenakan tokoh-tokoh dalam ceritera. Gambar-gambar dan patung-patung rohani sering merupakan produksi di daerah sendiri. Lebih banyak lagi gambar dan patung rohani didatangkan dari daerah atau negara lain. 

     Persoalannya adalah bahan pembuatnya. Apabila bahan dasar patung ialah bahan kayu maka patung-patung gampang rusak. Beberapa karya seni tradisional berbahan kayu di daerah-daerah diselamatkan ke museum-museum Eropa demi perawatan secara intensif. Musem-museum di Eropa punya dana dan program perawatan yang bagus sehingga karya seni tradisional yang terbuat dari bahan-bahan rapuh juga masih bisa disimpan cukup lama.

     Beberapa patung kayu dibuat untuk mengenang leluhur ditempatkan di depan rumah adat beratap alang-alang. Satu contoh, di tahun 2013, Patung 3 pria tetum yang sedang memegang alat-alat pertukangan pernah saya lihat di depan rumah adat Karisan Rai Lubu di desa Nanaet-Belu. Sayang Patung-patung itu terbuat dari bahan-bahan rapuh yakni kayu. Gambar 3 patung kayu itu menceriterakan kisah leluhur dan pekerjaan mereka secara lisan. Para pembuat patung tradisional itu agaknya tinggal dalam rumah adat itu. Bagaimana kita bisa menganalisis pemilik benda seni dan naskah-naskah tulisan asli?   

     Menurut arkeolog Indonesia Prof. Dr. Edy Setiawati, para pengguna naskah dan pemilik benda seni dikelompokkan atas beberapa kelompok yakni: (1). peneliti, (2). penyimpan/penata naskah dan karya seni, (3). pembuat (pengarang, pembuat seni/penyalin), (4). perawat pusaka, (5). pencari petunjuk. Dua yang pertama untuk pengembangan ilmu pengetahuan, 2 terakhir adalah peserta budaya dan satu di tengah ialah produsen.

     Karya-karya seni rohani masih tetap dipakai dan laku di pasaran karena selalu dipakai dalam ibadah-ibadah rohani. Karya-karya seni rohani dimengerti dengan berdasarkan isi teks-teks Kitab Suci (kisah lisan dan tertulis) dan juga kisah lisan atau tertulis tentang tokoh-tokoh rohani.

     Di Indonesia, karya-karya seni modern bertumbuh dalam lingkaran rohani. Agama adalah lembaga yang aktif mengembangkan seni rohani berupa: sastera, buku-buku rohani, majalah-majalah rohani, pakaian ibadah rohani, tenunan, buku-buku rohani, makanan, gambar suci, tarian rohani dan nyanyian rohani. Karya-karya seni rohani dihasilkan oleh banyak lembaga pendidikan dan penerbitan-penerbitan rohani. Aspek-aspek pengelompokkan seni rohani Katolik terdiri atas:

  • Seni rupa rohani (gambar, patung, tekstil, tenunan rohani untuk kasula, keramik, lukisan dinding, salib)
  • Seni arsitektur gereja (bangunan gereja, gua St. Maria, kapela, tempat ziarah, dll)
  • Penerbitan buku dan majalah rohani
  • Nyanyian Mazmur-Mazmur (doa pagi, siang dan malam)
  • Seni pertunjukkan rohani (musik, tari, teater)
  • Seni pertunjukkan rohani inkulturasi (musik, tari, nyanyian)
  • Seni liturgi gereja (lagu-lagu rohani gereja)
  • Sastra rohani modern (prosa, puisi, cerpen) lisan dan tertulis
  • Sastra rohani inkulturasi
  • Pakaian dan perumahan inkulturasi
  •  Perarakan devosi rohani (semana santa, perarakan devosi kepada St. Maria, perarakan jalan salib paroki, perarakan hati kudus Yesus, perarakan sakramen Maha Kudus, dll)
  • Liturgi agung tahbisan (Diakon, Imam, Uskup)
  • Koor kaul kekal para biarawan/i
  • Liturgi agung misa penutupan bulan Maria dan bulan Kitab Suci Nasional
  • Liturgi misa lingkungan
  • Seni media rekam (film, video, youtube. kasette, dll)

Seni musik rohani Katolik di Indonesia memiliki banyak buku kumpulan lagu-lagu rohani secara nasional maupun regional dan komunitas-komunitas rohani. Lagu-lagu rohani diolah dari khasanah kesenian budaya daerah-daerah. Hal ini dikenal dengan sebutan inkulturasi. Berikut ini dikemukakan 80 seri buku berisi kumpulan lagu-lagu rohani:

  • Yubilate Gabungan  (Buku Doa dan Nyanyian Katolik, tebal 1157 halaman) disusun oleh Komisi Liturgi Keuskupan Se-Nusa Tenggara-Seksi Liturgi (Ende: Nusa Indah,  1991), dua edisi buku Jubilate sebelumnya diterbitkan di Ende sejak tahun 1968 oleh Does, C.
  • Coomans, M, Kumpulan Upacara Ibadat (Jakarta: Obor, 1983)
  •  Does, C, Gema Tahun Gereja (Ende: Nusa Indah, 1968)
  • Heijen, A, van der dan Beding, Marcel, Syukur Kepada Bapa (Ende: Penerbit Nusa Indah, 1989)
  • Komisi Liturgi Seksi Musik, Madah Bakti Gabungan (Yogyakarta, Pusat Musik Liturgi), edisi Madah bakti sudah terbit sekitar 1970
  • ____________, Gema Hidup (Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 1977)
  • Levi, Ferdinandus, Exultate (Ende: SMAK Syuradikara, 1990)
  • PWI Liturgi, Ibadah Harian (Ende, 1988)
  • _______, Upacara Krisma (Ende, 1974)
  • _____, Inisiasi Kristen (Ende, 1977)
  • ______, Upacara Pembabtisan Kanak-Kanak (Ende, 1975)
  • _______, Upacara Pemakaman (Ende, 1976)
  • ________, Upacara Perkawinan (Ende, 1975)
  • _________, Upacara Pengampunan Dosa (Surakarta, 1975)
  • Seksi Musik Liturgi Seminari Tinggi Ledalero, Turut Serta (Ende, 1982)
  • _________, Pujian Senja dan Pujian Malam (Ende, 1988)
  • Seksi Liturgi Keuskupan Atambua, Madah Syukur (Atambua, Puspas KA, 1983)
  • Buku Nyanyian Dakado, Tsi Tnaeb Usneno dan Tsula Knino, dll.
  • Naisaban, Ladis, Gita Bahana (Nenuk: Provinsi SVD Timor)
  • Gegap Gempita di Alam, Genta Prapaskah, Mari Bermadah, Lagu-Lagu Rohani Tanah Air, Madah Umat, Misa Dolo-Dolo, Misa Minahasa, Pujinmandibata, Gema Hidup, Dere Serani, Nyanyian Perkawinan, Nyanyian Pemakaman, Nyanyian Pekan Suci, Umat Allah Bernyanyi, Nyanyian Kurban Misa, Nyanyian Misa Indonesia, Liber Usualis, Buluh Puncak Awangan, Yerusalem Kota Surgawi, Misa Emaus, Kembang Kemah Tabor, Maranatha, Inisiasi Kristen, Momento (1969), Misa Umat, Rerepen Adiluhung, Gita Natal, Nyanyikanlah Nyanyian Baru Bagi Tuhan, Madah Kasih, Tuhan Sumber Gembiraku, Kumbayah, 25 Kali, Misa Pancawindu, Ordinarium, Enambelas Misa Umat, Proprium I,II,III, Arsip Nyanyian PML

Sumber:

(1). Huijbers, Theo, Dr. (1990), Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah. Jakarta: Kanisius

(2). Komisi Liturgi KWI. (1990). Madah Bakti Gabungan. Jakarta: Pusat Musik Liturgi.

(3). Edy Setyawati, Prof. Dr. (2007). Budaya Indonesia, Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

(4). Fernandez, Osias, St. Dr. (1987). Citra Manusia Budaya Timor dan Barat. Ende: Nusa Indah.

(5). Ardhana, Ketut, I. (2005). Penataan Nusa Tenggara Pada Masa Kolonial 1915-1950. Jakarta: PT. Rajawali Press

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun