Hal-hal itu benar-benar sedang terjadi dalam diri saya dan saya lakukan dalam tindakan saya. Dengan demikian, saya berusaha agar pemikiran saya dalam artikel-artikel dalam lomba blog ini tidak mengambang tetapi berdasarkan pengalaman.
Saat salah seorang anaknya membutuhkan uang untuk sekolah, ibu menggadaikan masnya secara cepat untuk mendapatkan uang. Kesulitan keuanganku akhirnya beres dengan pertolongan emas. Meskipun seringkali beliau harus mengorbankan perhiasan kesayangannya tetap berada di dalam pegadian untuk tidak bisa ditebus lagi karena kami selalu merasa kesulitan uang.
Hingga hari ini aku masih tetap memikirkan berapa gram emas perhiasan ibu yang digadai di tempat pegadaian. Untuk menebusnya, mama sendiri yang mencari uang. Aku tak habis mengerti, mengapa aku tidak bersyukur kepada Tuhan karena memiliki seorang ibu yang murah hati. Aku percaya bahwa ibuku berhati emas tetapi jasnya lebih mulia dari emas itu sendiri.
Saat ini usiaku kini menginjak empatpuluhan tahun, tetapi sering-sering aku masih meminta bantuan dana dari ibuku. Hanya karena emas yang ibuku simpan, ibu menyelamatkan saya dari kehancuran ekonomi di masa krisis yang pernah kualami. Menulis dari kisah yang pernah dan sedang terjadi dengan diri sendiri adalah wujud nyata upaya untuk menyelesaikan masalah-masalah pada diri, keluarga, masayarakat dan negara dari akarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H