Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat.Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Emas Bisa Menyelamatkan Kita dari Segala Krisis Ekonomi

26 Agustus 2020   05:01 Diperbarui: 26 Agustus 2020   05:30 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dunia berada di ambang krisis ekonomi terburuk. (Gambar: katadata.co.id).

Senang sekali bahwa melalui banyak artikel dakam media Kompasiana ini, saya dapat menuliskan kisah-kisah tentang kisah saya sendiri yang sedang dan pernah saya alami. Mungkin semua kisah saya tidak saya tuliskan secara lengkap, tetapi kisah-kisah kecil yang terpenggal-penggal. Semenjak saya berkiprah di dunia online, hanya sekali saya dikerjain oleh para penipu pada tahun 2014. Berkaca dari peristiwa kelabu itu, selanjutnya saya tidak mengalami penipuan lagi. Sekarang jaringan penipuan itu terus mengintai dalam jaringan yang berada di medan pekerjaan. Sehingga hati-hatilah dengan para karyawan/i dan buruh.

Dalam dunia investasi, selain terdapat banyak orang yang berkehendak baik, para penipu online juga sedang meletakkan kail mereka dengan umpan janji-janji manis. Mereka menunggu ikan-ikan kecil. Ikan-ikan kecil amat mudah diperdaya. Apalagi saya mendengar bahwa beberapa investasi berbasis dana memusatkan perhatian pada kaum muda usia. Saya kuatir, investasi dana online sering bagaikan sedang menguji kepiawaian memainkan perangkap untuk menangkap mangsa mereka. Ketika para peminatnya masuk perangkap mereka, mereka sulit melepaskan diri. Uangpun ludes digarap maling online.

Ada berapa banyak orang yang jujur di dunia? Mungkin hanya sedikit, mereka mungkin berasal dari orang-orang sederhana. Mereka adalah the real winner dari kehidupan ini, bukan orang-orang besar-berkuasa. Saya sendiri tidak memiliki pengalaman melakukan investasi dana. Saya menyimak investasi CHR yang dipopulerkan seorang keponakan saya. Sejauh ini menemui jalan sunyi akibat krisis Corona. Riziko besar ialah ketika kita membuka tabungan melalui pengelolaan manejer. Pengelola tentu membutuhkan uang untuk bekerja. Dan satu-satunya uang yang diperoleh sang menejer ialah uang yang masuk sebagai hasil dia mengelabui segala [erhatian para investor dan mengeruk keuntungan.

Saya membaca dan mendengar kisah-kisah mereka yang menabung dengan pelbagai produk keuangan: mereka rajin menyimpan, namun mereka tidak bisa mencairkan kembali uang yang sudah ditabung. Kondisi ini menimbulkan lahan subur bagi para broker. Sayangnya mereka yang menabung uangnya adalah para warga yang sibuk bekerja sebagai karyawan/i yang tidak pernah membuka Internet dan Komputer.

Tetapi kisah-kisah yang benar tentang diri harus meliputi kisah yang pernah dan sedang terjadi pada diri penulis sendiri dalam hubungannya dengan kondisi riil negara dan bangsa pada umumnya. Itulah sebabnya, saya sangat terkesan dengan tema dalam blog competition ini.

Tema lomba ini mengharuskan saya membahas tentang: tabungan, ATM, Koperasi, Internet Banking, SMS Banking, SMA Banking, Payoneer Card, kredit, hingga investasi emas. Saya juga pernah membahas tentang sistem dan aturan menabung dengan metode 50-30-20. Beruntung bahwa dua artikel dalam lomba blog ini diganjari oleh Admin Kompasiana sebagai artikel-artikel dengan peringkat Headlinenews (HL). Kedua artikel yang masuk HL itu adalah: (1). Simpanlah Sebagian Uang Anda di Bank dan Jangan Habiskan Semuanya untuk 10 Hal Berikut, (HL: 21 Agustus 2020). (2). Ternyata Besarnya Jumlah Uang di Bank, Bukan Satu-Satunya Faktor Penyebab Seseorang Disebut Kaya, (HL: 25 Agustus 2020). 

Saya tidak tahu apakah status sebagai artikel Headlinenews (HL) akan semakin mendekati saya sebagai penulis di jajaran para kelompok 'pemenang lomba blog'. Salah satu keinginan saya yang belum tercapai di Kompasiana sampai dengan sekarang ialah saya ingin mencatatkan diri sebagai juara salah satu lomba blog di Kompasiana. Juara lomba blog adalah cita-cita saya sejak saya berkontribusi dalam lomba blog di Kompasiana. Hal itu sekaligus sebagai wujud pengakuan terhadap status kepenulisanku di dunia maya. Sehingga sejauh masih ada kesempatan bagi saya untuk menulis dalam lomba ini, saya akan mempertahankan wacana tentang apa sebab orang menabung dan berinvestasi untuk mengatasi krisis-krisis di masa depan.

Betapa pentingnya meramu sebuah kisah tentang pengelolaan uang berdasarkan kisah-kisah yang sudah dan sedang berlangsung pada diri saya sendiri. Betapa berbahayanya menghabiskan uang tanpa kendali untuk melakukan tabungan pribadi. Agar sebagai manusia, kita bisa menemukan penyebab dan konsekuensi dari semua tindakan kita sendiri yang keliru. Juga berkaitan dengan bahaya dari konsekuensi tindakan kita yang keliru hanya meningkatkan ketidakpastian terhadap masa kini dan masa depan.

Dengan demikian beberapa pertanyaan yang penting ialah: apakah yang Anda harus dilakukan, bagaimana Anda harus bertindak dan siapa yang harus menjadi pelakunya? Ketika kesetaraan telah meningkat maka peran negara terhadap setiap individu semakin menghilang, maka yang tertinggal ialah kemandirian warga.

Dalam civil society, kemandirian dalam pengaturan keuangan sungguh penting. Kebijaksanaan dalam pengelolaan keuangan harus dilakukan secara praktis, hemat, mandiri, transparan, efektif, hati-hati terhadap pemborosan, produktif dan nyaman. Panggilan hidup berswasta tak bisa dihindari.

Industri harus berkiblat kepada layanan, bukan manufaktur. Hukum dan pemerintah tidak dilawankan dengan masyarakat, hukum dan pemerintah harus melindungi kaum lemah. Pasar tenaga kerja harus lebih fleksibel.

Hal-hal itu benar-benar sedang terjadi dalam diri saya dan saya lakukan dalam tindakan saya. Dengan demikian, saya berusaha agar pemikiran saya dalam artikel-artikel dalam lomba blog ini tidak mengambang tetapi berdasarkan pengalaman.

Perhiasan emas. (Foto: bukalapak.com).
Perhiasan emas. (Foto: bukalapak.com).
Saya sering memakai perhiasan sejak kuliah. Saya tahu persis bahwa di saat saya butuh uang tunai, simpanan emas dengan mudahnya ditukarkan uang di Pegadaian dan hal itu terbukti telah menolong aku di masa lalu. Saya belajar hal ini dari ibuku yang tergolong bijaksana. Saat beliau memiliki banyak uang, ia membeli emas dan menyimpannya.

Saat salah seorang anaknya membutuhkan uang untuk sekolah, ibu menggadaikan masnya secara cepat untuk mendapatkan uang. Kesulitan keuanganku akhirnya beres dengan pertolongan emas. Meskipun seringkali beliau harus mengorbankan perhiasan kesayangannya tetap berada di dalam pegadian untuk tidak bisa ditebus lagi karena kami selalu merasa kesulitan uang.

Hingga hari ini aku masih tetap memikirkan berapa gram emas perhiasan ibu yang digadai di tempat pegadaian. Untuk menebusnya, mama sendiri yang mencari uang. Aku tak habis mengerti, mengapa aku tidak bersyukur kepada Tuhan karena memiliki seorang ibu yang murah hati. Aku percaya bahwa ibuku berhati emas tetapi jasnya lebih mulia dari emas itu sendiri.

Saat ini usiaku kini menginjak empatpuluhan tahun, tetapi sering-sering aku masih meminta bantuan dana dari ibuku. Hanya karena emas yang ibuku simpan, ibu menyelamatkan saya dari kehancuran ekonomi di masa krisis yang pernah kualami. Menulis dari kisah yang pernah dan sedang terjadi dengan diri sendiri adalah wujud nyata upaya untuk menyelesaikan masalah-masalah pada diri, keluarga, masayarakat dan negara dari akarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun