Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Aristoteles dan Filsafat Internet

31 Juli 2020   09:58 Diperbarui: 31 Juli 2020   12:00 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebenaran sekarang dalam dunia maya adalah bahwa ketidakterbatasan adalah aspek kualitas yang terpenting. Filsafat internet jelas menyatakan bahwa elemen kualitas adalah ketidakterbatasan. Meskipun kontroversial, pemahaman manusia tentang kualitas dalam dunia internet telah sangat berkembang. Perkembangan dunia bertumpu pada prinsip kualitas menurut Aristoteles. Dalam dunia maya, pendefinisian tentang kualitas mengalami perkembangan dan penyempurnaan.

Kualitas Bersifat Dinamis

Teori filsafat menyebutkan bahwa kualitas adalah atribut yang menjadi karakteristik suatu objek. Dalam filsafat kontemporer, gagasan tentang kualitas, masih kontroversial. Dalam arti, definsi kualitas selalu berubah dalam perkembangan. Definisi kualitas modern dipahami dari gagasan Aristoteles tentang kualitas. Aristoteles mendefinisikan kualitas dalam bukunya Kategori. Bagi Aristoteles, kualitas adalah atribut hylomorph-forma. 

Dalam pengertian Aristoteles, karakteristik kualitas selalu berlawanan demi memperoleh formanya yang tetap. Masing-masing forma cenderung bersaing untuk mempertahankan substansi dan identitasnya. Keduanya mengakui sifat-sifat yang berlawanan. Contohnya: orang-orang yang sama berkulit putih-hitam, hangat-dingin, baik-buruk adalah hal-hal yang saling berlawanan untuk mendapatkan formanya yang tetap. 

Kemampuan bersaing antar forma-forma tidak ditemukan di tempat lain. Persaingan forma-forma adalah karakteristik khusus dari zat yang dapat mengakui kualitas yang berlawanan. Forma cenderung mengubah dirinya dengan melakukan persaingan itu. Jadi Aristoteles dalam Kategori menggambarkan 4 karakteristik  dari kualitas sebagai berkorelasi, sekaligus bertentangan.

John Locke membuat perbedaan antara kualitas primer dan sekunder. Bagi Locke, kualitas adalah gagasan tentang sensasi atau persepsi. Locke mengklaim bahwa kualitas dapat dibagi atas 2 jenis: kualitas primer dan kualitas sekunder. Kualitas primer melekat dalam suatu objek dari sesuatu atau seseorang. Sedangkan kualitas sekunder tergantung pada interpretasi mode subyektif dan konteks penampilan. Sebagai contoh, bayangan adalah kualitas sekunder. Bayangan membutuhkan pencahayaan khusus untuk suatu objek. 

Contoh lain dapat dilihat pada massa suatu benda. Berat badan adalah kualitas sekunder. Menurut Hukum Newton, berat badan bervariasi sebagai ukuran gaya gravitasi. Berat badan tergantung pada jarak dan massa benda yang sangat masif seperti Bumi. Dapat diasumsikan bahwa massa suatu objek merupakan properti utama. Dalam teori relativitas, gagasan kuantifikasi massa materi membutuhkan kehati-hatian.

Bagi Aristoteles, kualitas adalah salah satu kategori. Kategori menurut Aristoteles menunjukkan  inti kehidupan, seperti: makanan dan pakaian adalah kategori-kateogori kualitas. Selain kebutuhan pokok, makanan dan pakaian memiliki karakter "kepemilikan" yang sensitif.

Dalam filsafat Cartesian, istilah kualitas digunakan dalam arti generik sebagai atribut atau karakteristik dari suatu hal  dan secara khusus sebagai referensi untuk kualitas yang mempengaruhi indera manusia. Aristoteles percaya bahwa sifat kosmologi kualitas bersandar pada empat "kualitas nyata", yaitu: panas, dingin, kering dan basah.  

Sedangkan Descartes percaya bahwa kualitas sensual adalah murni subjektif, sehingga warna, panas, dll tidak objektif. Kualitas melekat dalam hal-hal, tetapi mereka selalu berhubungan. Bahkan mereka datang dari sifat-sifat obyektif dari hal yang sama, dengan subjek yang melihatnya secara sensitif. 

Menurut Descartes, satu-satunya sifat yang melekat pada benda itu adalah bentuk. Karena bentuk dapat diekspresikan dalam derajat. Ilmu pengetahuan modern melihat perbedaan ini dan menerimanya. John Locke berteori dalam teori diferensiasi "kualitas-kualitas primer", sifat-sifat obyektif seperti sifat-sifat yang dimiliki tubuh itu sendiri (ekstensi, gambar, gerakan dll.) dan kualitas "yang sekunder ", bersifat subyektif (warna, nada, bau, rasa, dll.). 

Aspek Metafisik dan Ontologis dari Kualitas

Filsafat sebagai hasil analisis dari akal sehat cenderung melihat kualitas terkait dengan perasaan subyektif atau fakta objektif. Kualitas sesuatu tergantung pada kriteria yang digunakan. Hal itu dilihat secara netral dan tidak menentukan nilainya (nilai filosofis dan nilai ekonomi). Secara subyektif, sesuatu dapat menjadi baik karena berguna, karena indah, atau hanya karena ada. Menentukan atau menemukan kualitas berarti memahami apa yang berguna, apa yang indah dan apa yang ada. Secara umum, kualitas dapat berarti tingkat keunggulan, seperti dalam "produk berkualitas" atau "kualitas kerja rata-rata". 

Kualitas dan Mediumnya

Objek dilihat sebagai pembawa kualitas. Objek sebagai pembawa kualitas  disebut "substansi" dan "atribut". Substansi dipahami sebagai dasar abadi yang tidak berubah tetapi tetap seragam.  Ada dua level dalam atribut itu sendiri, yaitu:  kualitas yang diperlukan dan esensi substansi kualitas. Ciri substansi yang dimiliki objek dapat dilihat pada variabel waktu tertentu.

Pemahaman bersama tentang hubungan suatu objek dengan kualitasnya diterangi oleh filsafat rasionalis. Hal ini membutuhkan perubahan besar. Manusia mengenal objek dari persepsi yang tidak memberi tahu kita tentang pembawa kualitas konstan. Oleh karena itu, zat adalah istilah yang melekat pada pemikiran manusia pada kualitas. Sains telah menunjukkan bahwa kualitas objek tidak diberikan dalam sensasi, tetapi hanya respons kesadaran kita terhadap pengaruh eksternal, maka manusia harus membedakan sifat objek dan sifat subjek.

Ruang dan waktu bukan merupakan esensi realitas. Ruang dan waktu adalah bentuk atau kondisi dari kemungkinan mempersepsikan kualitas. Analisis kualitas mengarah pada pengakuan subjektivitas seluruh isi persepsi. Konsep substansi sebagai pembawa kualitas tidak memperkaya pengetahuan manusia tentang subjek. Hal ini menyatakan ketidakmungkinan manusia mempertimbangkan kualitas sebagai elemen independen dunia. 

Kenyataan bagi seseorang adalah kesadaran secara subyektif. Manusia memiliki hak untuk mempertimbangkan kenyataan, tetapi  tidak memperkaya pengetahuan tentang subjek. Hal ini dianggap sebagai ketidakmungkinan manusia mempertimbangkan kualitas sebagai elemen independen dunia. 

Aspek Kemiskinan Kualitas

Hegel dalam ilmu logika mendefinisikan kualitas sebagai yang "terburuk" dari Kategori, yaitu, ketidakcukupan konstitutif yang melampaui kategori kuantitas yang melekat. Pada satu sisi, kualitas sudah tepat untuk menentukan aspek hal-hal yang menonjol. Tapi  di sisi lain, sifat ini sangat mudah berubah sebagaimana kualitas yang terus-menerus berbeda.  Fakta dalam dunia internet sekarang menunjukkan bahwa keterbatasan hilang dalam ketidakterbatasan. Sehingga kategori kualitas tidak dapat memberi kita visi realitas yang benar. Visi kualitas ini dicirikan oleh perubahan dialektik tanpa batas.

Pemikiran Modern Tentang Kualitas

Pemikiran modern pada awalnya telah mengesampingkan karakteristik kualitas menurut Aristoteles, kini telah diperbaharui. Dahulu pemikiran menganggap karakteristik kualitas menurut Aristoteles sebagai verbalisme sederhana. Kesadaran sekarang muncul bahwa 4 karakteristik kualitas menurut Aristoteles adalah amat penting. Empat karakteristik Aristoteles tentang kualitas menjadi dasar dalam perkembangan pemikiran modern tentang kualitas. 

Aristoteles menganggap substansi-substansi memiliki  makna yang berbeda dalam hal kategori kualitas. Jadi apa yang digambarkan Aristoteles bukan sebagai kebetulan. Kualitas adalah esensi sekaligus eksistensi, ada dan kerja. Jadi aspek logis-linguistik dari analisis Aristotelian tentang kualitas telah diakui oleh logika empirisme modern. (*).

Sumber:

(1). Elemen Philosphie. (2020). Quality in Philosophy. https://www.hisour.com/de/quality-in-philosophy-36050/, diakses pada 31 Juli 2020.

(2). Plasse, Wiebke. (2020). Aristoteles. https://www.geo.de/geolino/mensch/2755-rtkl-weltveraenderer-aristoteles, diakses pada 31 Juli 2020.

(3). Mieke Mosmuller, Mieke. (2013). Die Kategorien des Aristoteles, Occident Verlag, Baarle-Nassau.

(4). Wolfgang-Rainer Mann. (2000). The Discovery of Things: Aristotle's Categories and Their Context. Princeton University Press,

(5). Mengkaka, Blasius. (31/07/2020). Kualitas Menurut Aristoteles. https://www.kompasiana.com/1b3las-mk/5f2369e5d541df73544551aa/kualitas-menurut-aristoteles?page=all#section1, diakses pada 31 Juli 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun