Aspek Metafisik dan Ontologis dari Kualitas
Filsafat sebagai hasil analisis dari akal sehat cenderung melihat kualitas terkait dengan perasaan subyektif atau fakta objektif. Kualitas sesuatu tergantung pada kriteria yang digunakan. Hal itu dilihat secara netral dan tidak menentukan nilainya (nilai filosofis dan nilai ekonomi). Secara subyektif, sesuatu dapat menjadi baik karena berguna, karena indah, atau hanya karena ada. Menentukan atau menemukan kualitas berarti memahami apa yang berguna, apa yang indah dan apa yang ada. Secara umum, kualitas dapat berarti tingkat keunggulan, seperti dalam "produk berkualitas" atau "kualitas kerja rata-rata".Â
Kualitas dan Mediumnya
Objek dilihat sebagai pembawa kualitas. Objek sebagai pembawa kualitas  disebut "substansi" dan "atribut". Substansi dipahami sebagai dasar abadi yang tidak berubah tetapi tetap seragam.  Ada dua level dalam atribut itu sendiri, yaitu:  kualitas yang diperlukan dan esensi substansi kualitas. Ciri substansi yang dimiliki objek dapat dilihat pada variabel waktu tertentu.
Pemahaman bersama tentang hubungan suatu objek dengan kualitasnya diterangi oleh filsafat rasionalis. Hal ini membutuhkan perubahan besar. Manusia mengenal objek dari persepsi yang tidak memberi tahu kita tentang pembawa kualitas konstan. Oleh karena itu, zat adalah istilah yang melekat pada pemikiran manusia pada kualitas. Sains telah menunjukkan bahwa kualitas objek tidak diberikan dalam sensasi, tetapi hanya respons kesadaran kita terhadap pengaruh eksternal, maka manusia harus membedakan sifat objek dan sifat subjek.
Ruang dan waktu bukan merupakan esensi realitas. Ruang dan waktu adalah bentuk atau kondisi dari kemungkinan mempersepsikan kualitas. Analisis kualitas mengarah pada pengakuan subjektivitas seluruh isi persepsi. Konsep substansi sebagai pembawa kualitas tidak memperkaya pengetahuan manusia tentang subjek. Hal ini menyatakan ketidakmungkinan manusia mempertimbangkan kualitas sebagai elemen independen dunia.Â
Kenyataan bagi seseorang adalah kesadaran secara subyektif. Manusia memiliki hak untuk mempertimbangkan kenyataan, tetapi  tidak memperkaya pengetahuan tentang subjek. Hal ini dianggap sebagai ketidakmungkinan manusia mempertimbangkan kualitas sebagai elemen independen dunia.Â
Aspek Kemiskinan Kualitas
Hegel dalam ilmu logika mendefinisikan kualitas sebagai yang "terburuk" dari Kategori, yaitu, ketidakcukupan konstitutif yang melampaui kategori kuantitas yang melekat. Pada satu sisi, kualitas sudah tepat untuk menentukan aspek hal-hal yang menonjol. Tapi  di sisi lain, sifat ini sangat mudah berubah sebagaimana kualitas yang terus-menerus berbeda.  Fakta dalam dunia internet sekarang menunjukkan bahwa keterbatasan hilang dalam ketidakterbatasan. Sehingga kategori kualitas tidak dapat memberi kita visi realitas yang benar. Visi kualitas ini dicirikan oleh perubahan dialektik tanpa batas.
Pemikiran Modern Tentang Kualitas
Pemikiran modern pada awalnya telah mengesampingkan karakteristik kualitas menurut Aristoteles, kini telah diperbaharui. Dahulu pemikiran menganggap karakteristik kualitas menurut Aristoteles sebagai verbalisme sederhana. Kesadaran sekarang muncul bahwa 4 karakteristik kualitas menurut Aristoteles adalah amat penting. Empat karakteristik Aristoteles tentang kualitas menjadi dasar dalam perkembangan pemikiran modern tentang kualitas.Â