Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat. Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Rasa dan Politik Apatis

10 Mei 2020   08:00 Diperbarui: 10 Mei 2020   21:30 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peran Pendidikan

     Selain perlu hidup berkepatutan, 'rasa' - bagaimanapun - berkaitan dengan segala kesiapan akal, budi dan emosi untuk menciptakan dan menikmati keindahan seni. Orang yang memiliki 'rasa' untuk menikmati indahnya seni membutuhkan persiapan-persiapan khusus. Persiapan akal, persiapan budi dan persiapan emosi dilakukan manusia melalui proses pendidikan berjenjang dan usaha manusia sepanjang hidup. Pendidikan mendatangkan kesadaran tertentu kepada manusia dan membuat manusia memiliki rasa. Jika manusia punya rasa, hal itu berarti manusia memiliki jiwa. Jadi dengan kemampuan akal budi yang tinggi melalui pendidikan, manusia dapat memiliki keunggulan jiwa dan raga.

     Materi-materi dalam pendidikan sedapat mungkin diarahkan oleh guru untuk mempersiapkan akal, budi dan emosi dari para peserta didik agar mereka mampu mencipta barang yang berguna, menjadi dermawan yang berbudi, memiliki emosi yang dapat dikendalikan sehingga ia memiliki rasa yang sempurna terhadap indahnya seni serta hidup berkepatutan.

     Terlebih materi-materi pendidikan di sekolah-sekolah harus membina para peserta didik untuk menjadi pencipta benda atau barang seni yang sukses, memiliki jiwa dermawan dan mampu kendalikan emosi  secara sehat agar ia memiliki kapasitas 'rasa' besar sejak usia dini.

     Tanpa pendidikan sejak usia dini, manusia tidak dapat memiliki akal, budi dan emosi untuk merasakan indahnya seni. Semua kemampuan untuk menghidupkan rasa terhadap seni diperoleh manusia melalui proses pendidikan.

Lembaga Riset

     Abad XXI adalah abad ilmu pengetahuan. Pendidikan di abad XXI harus menjawabi tantangan abad ilmu pengetahuan. Dengan saat ini sejak tahun 2013, kita memiliki Kurikulum 2013 dengan puncaknya ialah karakter mencipta. Sedangkan Universitas-Universitas Indonesia diarahkan untuk menjadi Universitas Riset.

     Kondisi ini mendatangkan pertanyaan pokok: Apakah di abad XXI, lembaga pendidikan diarahkan untuk melayani kepentingan berbagai perusahaan? Tentunya hasil-hasil riset digunakan untuk melayani permintaan pabrik-pabrik. Hampir semua riset di Universitas adalah riset-riset pesanan baik pesanan pemerintah maupun perusahaan. Pada abad XXI, sistem pendidikan di Indonesia mungkin diharapkan untuk menjadi pusat riset untuk melayani kepentingan berbagai perusahaan plat merah.

     Jika tidak untuk melayani pabrik-pabrik besar, di abad XXI, saatnya kita mengubah haluan untuk memindahkan industri-industri ke keluarga-keluarga. Dengan demikian kita menghidupkan persaingan antara produksi-produksi hasil industri rumah-rumah dengan produksi industri-industri skala besar nasional. Jika industri-industri rumah sudah bisa mandiri dan mampu berproduksi dengan kualitas eksport, maka program Universitas riset akan menampakkan keberhasilan nyata.     

     Sambil tetap kita menekankan aspek-aspek moralitas, melalui pendidikan, kita mencegah sikap apatisme generasi penerus bangsa. Hasil-hasil pendidikan harus memperlihatkan keberhasilan dalam penciptaan hal-hal positif bagi kemanusiaan, sukses mempraktekkan sikap humanis, menjadi dermawan/ti dan memiliki emosi yang stabil. Rasa manusia yang diperoleh melalui indrawi- adalah sama bagi semua manusia, namun faktor-faktor pembentuk kesempurnaan rasa berbeda dalam hal akal, budi, emosi, bathiniah dan kepatutan hidup pada setiap individu.

     Pencapaian kesempurnaan rasa adalah hal yang tidak mudah dan melibatkan banyak segi (multifungsi). Kesempurnaan rasa juga sulit digapai para warga pada berbagai kondisi, seperti: daerah/kawasan konflik, daerah terisolir, daerah terkebelakang dan tertinggal, budaya pinggiran, bermasalah hak asasi manusia, masalah kemiskinan dan daerah dalam kekuasaan tirani. Pendidikan adalah instansi yang berwewenang untuk memecahkan masalah-masalah pada horison yang lebih tinggi sejagad raya.()

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun