Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat.Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Pendapat 3 Pakar Bencana Internasional tentang Bencana Alam di Sulteng

5 Oktober 2018   20:02 Diperbarui: 7 Oktober 2018   16:13 5182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof Phil Cummins - duduk di kanan (Foto: sciencewisu.anu.edu.au)

Berbeda dengan tsunami tahun 2004 yang menghancurkan bagian besar wilayah di Asia Selatan, gelombang tsunami minggu lalu tidak didorong oleh gempa bumi yang terjadi ratusan mil ke dalam laut.

Sebaliknya tsunami itu adalah tsunami jenis lokal akibat gempa yang terjadi di dekat pantai. Diperkirakan bahwa gelombang tsunami menghantam Palu hanya 30 menit setelah gempa.

"Bagi orang-orang di pantai dan di kota, gempa seharusnya menjadi peringatan dini terhadap bahaya tsunami," kata Switzer.

Sedangkan Cummins mengatakan, "Jika kita fokus pada titik kegagalan teknologi di sini adalah salah arah karena tsunami jenis ini adalah tsunami lokal. Dalam hal ini anda tidak perlu mengandalkan sistem peringatan dini. Bahwa orang-orang harus secara sigap segera mencari bukit atau tanah tinggi, dengan sendirinya. Penduduk tidak boleh menunggu sampai sirene atau peringatan bahaya berbunyi secara dini. Demi keselamatan, mereka harus bergerak cepat. Masalahnya adalah, dari apa yang saya lihat dari rekaman, banyak orang tampaknya tidak melakukan itu", katanya seperti dikutip The Guardian.com (02/10/2018).

Dia menambahkan, "Entah mereka tidak tahu bahwa mereka perlu melakukan itu atau mereka tidak percaya apa pun akan terjadi. Dalam hal ini tuduhan bahwa orang-orang di Sulawesi tidak dididik dan dilatih secara benar tentang apa yang perlu mereka lakukan dalam situasi ini yakni saat gempa dan tsunami bisa dibenarkan. Dan hal karena kesalahan itulah sebenarnya gempa dan tsunami membunuh begitu banyak orang."

Apa yang membuat tsunami begitu merusak?

Pertanyaan ini mestinya dialihkan kepada seberapa lama dan seberapa jauh tsunami keluar dari laut dan menimpah daratan. Termasuk berapa banyak akumulasi kecepatan itu terkumpul.

Beberapa perkiraan telah mengatakan bahwa kekuatan tsunami telah bergerak pada 500 mph di teluk Palu.

Tsunami itu kemudian melambat secara substansial sebelum menghantam pantai.

Dan pada akhirnya tsunami itu menyebabkan ombak setinggi enam meter di beberapa tempat yang kemudian mencapai  ke daratan satu kilometer jauhnya.

Kekuatan tsunami didukung oleh bentuk sempit teluk Palu. Bentuk sempit teluk Palu menyebabkan tsunami terkonsentrasi dan diperkuat kekuatan gelombang laut.

"Bentuk teluk di Palu bisa memainkan peran pada daya dorong tsunami ke daratan," kata Cummins. "Kondisi ini dapat menyalurkan energi dan memusatkannya di ujung dan fokus perhatian pada daya dorong tsunami. Dengan kondisi ini berarti tsunami bisa bergerak dengan kecepatan tinggi. "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun