Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat.Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dari Keadaan Sekolah sampai Lahan-lahan Kosong di Timor-NTT

23 Desember 2015   10:49 Diperbarui: 23 Desember 2015   12:55 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak sekolah yang berhasil mendongkrak mutu lebih dari Akreditasi A. Salah satunya SMA Muhammadiyah 1 Gresik yang sejak tahun 2009 berhasil menjadi Sekolah Rintisan Bertaraf internasional dan Menerapkan system manejement mutu ISO 9001, 2008. Salah satu keunggulan SMA Muhammadiyah 1 Gresik ialah sekolah itu sejak tahun 2009 telah berhasil melaksanakan Manejemen Sekolah Modern Berbasis Teknologi, Informasi dan Komunikasi di mana seluruh Komputer dalam sekolah itu langsung terhubung dengan jaringan Lokal Area Network (LAN).

Lalu Perlukah Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN)?

Bahkan sangat perlu. Tapi tampaknya IIUN bersifat elitis. Hanya untuk kepentingan penerimaan di SNMPTN. Sedangkan Universitas/PT/Akademi swasta tidak. Sejak UN T.A 2014/2015 yang lalu, pemerintah melalui Direktorat Pembinaan SMA Pusat telah melakukan Analisis Pelaksanaan UN untuk menentukkan Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN). Selanjutnya untuk tahun ajaran 2017, hasil IIUN dari masing-masing SMA/SMK/MA nantinya akan menjadi salah satu persyaratan Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) melalui jalur SNMPTN. Analisis Pelaksanaan UN ini sangat penting karena nantinya hal itu hanya berlaku bagi para mahasiswa/i yang masuk PT melalui jalur SNMPTN.

Dengan demikian, nilai kelulusan UN tidak menjadi satu-satunya faktor penentu penerimaan di SNMPTN melainkan juga harus didukung oleh faktor IIUN-nya. Meskipun memiliki nilai UN tertinggi namun IIUNnya rendah maka seorang mahasiswa/i tidak bisa diterima untuk SNMPTN. SNMPTN hanya menerima calon mahasiswa/i dari SMA/SMK/MA yang memiliki IIUN tinggi dan nilai perolehan UNnya tinggi. Artinya, IIUNnya harus tinggi sama seperti nilai UNnya harus juga tinggi.

Selama ini, secara hukum, para pengawas UN merupakan para pengawas yang menjadi “Penjamin” bahwa pelaksanaan UN dilakukan secara jujur, bersih dan terkendali tanpa ada indikasi kecurangan, dll melalui sumpah atau janji pengawas oleh Sekolah Penyelenggara US/UN lalu selanjutnya juga dilakukan melalui penandatanganan Pakta Integritas dari para pengawas ruang UN di dalam ruangan saat pelaksanaan UN setiap tahun. Namun itu tidak cukup, sebab dalam pelaksanaannya ada berbagai pengawas yang ikut menentukkan kepengawasan dalam UN, termasuk nantinya Tim Universitas dan Dinas PPO. Dalam arti bahwa IIUN, meskipun secara resmi telah mulai dilakukan sejak UN T.A 2014/2015, namun sebenarnya IIUN sudah lama ada bahkan telah melekat erat pada yang namanya Ujian Akhir Nasional (UAN) itu sendiri.

Untuk konteks NTT, sekolah-sekolah Katolik, utamanya Seminari-seminari menjadi teladan paling diakui dalam pelaksanaan UN tahun demi tahun. Diyakini bahwa sekolah-sekolah Katolik, utamanya Seminari telah melakukan praktik kejujuran selama bertahun-tahun. Sekolah-sekolah ini, nantinya menghasilkan out put-out put yang sangat berjasa dalam pendirian-pendirian atau pengelolaan sekolah-sekolah baru sesudahnya baik jenjang pemerintahan maupun swasta.

Seminari-seminari, yang untuk konteks Eropa merupakan Sekolah keagamaan paling pertama hadir untuk mencetak pemimpin gereja Kristen khususnya gereja katolik telah menjadi tonggak pendidikan sejak abad pertengahan hingga kini dan masa yang akan datang. Di sana, Mapel filsafat, teologi, bahasa, konferensi, matematika, IPA, Georgafi, Alkitab, dll diajarkan secara intensif sambil menyeimbangkan dengan Les Kurikulum dan kegiatan keagamaan model biara. Selain itu pada saat-saat tertentu ada hari-hari wajib bahasa Inggris dan para siswa/inya dilatih untuk melakukan silentium magnum selama jam-jam tertentu pembinaan.

Meskipun Seminari-seminari untuk konteks Timor dan sekitarnya barulah didirikan dan melakukan aktivitasnya secara kontunuo pada awal abad XX atau sekitar tahun 1920-an. Seminari-Seminari di Timor dan sekitarnya ketika itu didirikan bersamaannya dengan inisiatif pemerintah kolonial Belanda melakukan politik etis atau balas budi untuk Hindia Belanda. Dengan pendidikan ketat, para siswa/i itu didik dan diarahkan untuk menjadi pemimpin umat mula-mula untuk gereja local namun akhirnya untuk gereja universal sejalan dengan makin berkurangnya para calon misionaris asal Eropa karena ketiadaan panggilan untuk menjadi pemimpin gereja sementara itu para misionaris Eropa yang ada semakin tua dan tidak ada yang bisa menggantikan mereka.

Terlalu “Menuntut”, Bukan “Mencari/Menimbah” Ilmu

Ketika masyarakat pendidikan terlalu “menuntut ilmu” dan bukannya “mencari ilmu” maka konsekuensinya jelas nilai moralitas dan etika diabaikan. Ini sesuai dengan slogan: untuk mencapai tujuan, orang menghalakan banyak cara. Jelas, menurunnya moral dan etika guru dan siswa kini sedang menjadi sorotan. Banyak kejadianmenunjukkan bahwa baik siswa maupun guru sama-sama melakukan banyak hal yang menyimpang dari etika dan moral karena terlalu banyak “menuntut” bukannya banyak “mencari” ilmu dan kemajuan. Katakanlah kata ‘menuntut ilmu’ sendiri menunjukkan adanya hal-hal yang dirasa hilang akibat dirampas, dan orang ingin mendapatkannya kembali.

Hal yang paling banyak disoroti kini ialah pada persoalan etika atau moral baik para guru, para siswa/i maupun para kepala sekolah. Selama ini kehidupan etika bagi segelintir kalangan masyarakat pendidikan umumnya masih belum bagus. Tentang ini, paradigma paling mencuat ialah adanya paradigm masyarakat peserta didik yang mnggunakan kalimat: MENUNTUT ILMU”. Dengan Kata MENUNTUT ILMU maka yang dimaksudkan ialah MENUNTUT SEKOLAH, menuntut fasilitas sekolah dan menuntut guru-guru dan kepala sekolah untuk memberi ilmu dan fasilitas. Bahkan segala carapun dilakukan dengan MENUNTUT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun