"Sebagai orang baru di kampung ini, Bonte harus hati-hati dengan Parakang. Apalagi saya lihat wajahnya cukup gagah, nanti kecantol sama gadis keturunan Parakang, he he he."
Kadus ketawa kecil  sambil terus mengunyak kacang rebus. Sesekali ia seruput kopinya dan isap dalam-dalam rokoknya.
"Sudah malam Pak Kadus, saya pamit."
"Iya, silahkan. Hati-hati ya."
Kadus mengantar sampai di pintu. Tak lupa memberikan sebutir bawang merah bersiung tunggal. Katanya untuk pengusir setan. Karena perjalanan ke rumah Kades masih cukup jauh.
//
Satu purnama kami di Desa Temmubulu, membuat kami bertiga sudah menyatu dengan masyarakat. Aku dan Lina, entah kapan jadiannya, telah menjelma  pula jadi sepasang kekasih. Orang tuanya menganggapku baik dan tidak khawatirkan kalau anaknya kuajak ke kota jalan-jalan.
"Lina, saya mau Tanya."
"Silahkan."
"Andainya kita menikah nanti."
"Ya."